Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Kenaikan Tarif Ojek Online, Ini Tanggapan Ekonom Unair

Kompas.com - 15/08/2022, 08:53 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana mengeluarkan regulasi baru mengenai kenaikan tarif ojek online (ojol).

Namun, rencana kenaikan tarif ojek online itu batal terjadi pada pekan ini.

Baca juga: Mahasiswa Lakukan Perpeloncoan, Rektor Undip: Saya Langsung Drop Out

Terkait hal itu, Pakar Ekonomi Unair Rossanto Dwi Handoyo angkat suara.

Menurut dia, kenaikan tarif ojek online tersebut merupakan respons pemerintah atas inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Sehingga, pemerintah perlu menyesuaikan dan mengakomodir kesejahteraan pengemudi ojek online.

Kemudian, dia menjelaskan penggunaan jasa ojek online merupakan suatu pilihan bagi masyarakat.

Dalam hal ini, ojek online adalah transportasi milik swasta yang menawarkan banyak keunggulan dan manfaat bagi pelanggan dibandingkan dengan transportasi umum.

"Misalnya pakai MRT atau commuter, itu jaraknya tertentu dan tempatnya juga tertentu. Kalau ojek online dari point ke point ke mana aja bisa, lebih fleksibel dan praktis sehingga pemerintah perlu memperhatikan juga kesejahteraan ojek online," ungkap dia melansir laman Unair, Senin (15/8/2022).

Bagi masyarakat, kata dia, ojek online merupakan pilihan. Jika terasa mahal, masyarakat bisa beralih ke transportasi lain.

"Jadi tidak ada paksaan bagi mereka untuk menggunakan ojek online," ungkap dia.

Baca juga: Kemendikbud: 17 Perguruan Tinggi Buka Kelas Bisnis bagi Mahasiswa

Dosen Fakultas Ekonomi dan Pembangunan (FEB) itu meyakini, kenaikan tarif ojek online akan menurunkan permintaan pelanggan.

Dalam jangka pendek, masyarakat akan terkejut sehingga mereka akan melakukan keseimbangan atas pengeluaran mereka untuk transportasi.

Namun dalam jangka panjang, jika mereka merasa ojek online adalah transportasi alternatif paling murah, mereka akan kembali menggunakan ojek online.

Kalaupun masyarakat beralih ke transportasi umum, seperti MRT, commuter, bus, dan sebagainya, kehadiran ojek online tetap dibutuhkan sebagai transportasi komplemen.

"Ini memang seperti buah simalakama, tapi kita tidak mungkin menghindari juga karena harga bahan bakar mengalami kenaikan, jadi kita perlu mengakomodir kesejahteraan ojek online," terang dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com