Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UPH: Peristiwa 1998 Tidak Surutkan Semangat Kebangsaan Etnik Tionghoa

Kompas.com - 14/05/2022, 09:24 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com – Dosen Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Johanes Herlijanto menyatakan, peristiwa Mei 1998 menimbulkan kegetiran yang sangat dalam bagi etnik Tionghoa, tapi tragedi tersebut tidak serta-merta mengerus semangat kebangsaan Indonesia di kalangan orang-orang Tionghoa.

Dari pengamatannya selama dua dasawarsa lebih, pasca terjadinya kerusuhan tersebut, etnik Tionghoa di Indonesia semakin aktif memperlihatkan kepada publik negeri ini bahwa mereka pun orang-orang Indonesia, sama seperti komponen bangsa Indonesia lainnya.

Baca juga: Pakar UGM: Arus Mudik 2022 Jauh Lebih Baik Dibanding 2019

"Melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan, kalangan Tionghoa terjun untuk mewujudkan partisipasi pada kegiatan sosial dan politik yang ada, sehingga kontribusi dalam masyarakat Indonesia tetap berjalan," kata dia dalam keterangan resminya, Sabtu (14/5/2022).

Herlijanto menilai, kegiatan sosial dan politik di atas bisa memperbaiki berbagai stereotip yang telah melekat selama berdasawarsa, antara lain mengenai kualitas wawasan kebangsaan mereka.

Meski begitu, pria yang juga merupakan Ahli Tionghoa ini mengaku, kenyataan sejarah menunjukkan etnik Tionghoa sejatinya telah mengalami proses akulturasi selama berabad di Nusantara.

"Akulturasi tersebut membentuk sebuah jati diri tersendiri sebagai orang Tionghoa Peranakan Indonesia , yang khas dan unik, dan tidak lagi memiliki hubungan, dengan masyarakat maupun pemerintah yang berkuasa di daratan Tiongkok," tutur dia.

Padahal, menurut dia, tak sedikit tokoh-tokoh Tionghoa yang memiliki andil penting dalam proses pembangunan kebangsaan Indonesia.

Masih kata dia, studi mengenai politik peranakan Tionghoa di Jawa, yang ditulis oleh Leo Suryadinata pada tahun 1979, sebenarnya cukup untuk memperlihatkan bahwa komunitas Tionghoa di Indonesia bukan melulu terdiri dari orang-orang yang menganggap diri asing dan berorientasi pada daratan Tiongkok.

Bahkan sebelum Indonesia berdiri, terdapat sekelompok aktivis politik Tionghoa yang mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, yakni di bawah pimpinan Liem Koen Hian, mereka membentuk Partai Tionghoa Indonesia (PTI) pada tahun 1932.

Baca juga: Dosen UNS: Ini Cara Cegah Hepatitis Akut

Partai ini bahkan tidak memperbolehkan kaum Tionghoa totok, yaitu mereka yang baru berimigrasi dari Tiongkok dan berorientasi pada daratan Tiongkok, menjadi anggotanya.

Kini, sebut dia, pendirian untuk mengedepankan kebangsaan Indonesia terus dipertahankan oleh para tokoh Tionghoa pada masa awal kemerdekaan Indonesia.

Tokoh Tionghoa memiliki banyak peran penting untuk Indonesia

Pasca kemerdekaan Indonesia, seruan agar orang-orang Tionghoa menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan berpartisipasi aktif dalam membangun negeri ini makin menguat di kalangan para tokoh Tionghoa.

"Seruan tersebut disambut sejumlah besar orang-orang Tionghoa yang sejak berdirinya negeri ini telah memberi sumbangsih bukan hanya di bidang bisnis, seperti stereotip yang dilekatkan pada mereka, tetapi juga pada bidang pendidikan, hukum, bahkan militer," ujar Ketua Forum Sinologi Indonesia ini.

Bahkan, lanjut dia, semasa pemerintahan orde baru pun, tak sedikit tokoh Tionghoa berperan sangat penting dalam bidang seni dan budaya nasional Indonesia.

Memasuki era Reformasi, seiring dengan makin meningkatnya iklim demokrasi di Indonesia, partisipasi etnik Tionghoa dalam dunia politik, sosial, dan seni budaya pun semakin terlihat.

Terciptanya masyarakat Indonesia yang makin demokratis meningkatkan peluang bagi etnik Tionghoa untuk lebih berperan dalam membangun wajah Indonesia yang bersifat multikultural dan mengedepankan toleransi antar etnik.

Oleh karenanya, bagi Herlijanto, pertanyaan mengenai loyalitas Tionghoa sejatinya telah usang. Namun sayangnya, pertanyaan usang tersebut masih kerap dilontarkan kembali, khususnya di kalangan masyarakat.

Baca juga: Dokter Unair Minta Orangtua Waspada Adanya Hepatitis Akut

Dalam pandangan Herlijanto, ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pegiat Tionghoa yang sedang berjuang untuk melawan stereotip yang mempertanyakan semangat keindonesiaan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com