Kali ini, mari mempelajari mengenai teori dan konsep tentang tujuan hidup. Pemikiran Nietzsche berporos pada kebebasan manusia dalam menetapkan tujuan hidupnya tanpa ada gangguan dari eksternal.
Manusia tidak melakukan sesuatu hanya karena prinsip atau nilai-nilai yang ada di luar diri individu, melainkan manusia menciptakan nilai-nilai, tujuan, dan menjalani kehidupan yang ia pilih sendiri.
Nietzsche memiliki sebuah metafora yang terkenal tentang cara kita memandang fenomena yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam hidup. Ia menggunakan dua hewan dalam metaforanya, yaitu unta dan singa.
Dalam metafora pertama, ia menggambarkan seekor unta yang selalu menerima beban yang harus dipikul seolah beban tersebut masih dapat ditanggung oleh si unta. Metafora ini bermakna mentalitas seseorang yang terus menerima dan pasrah mengenai fenomena yang terjadi dalam hidupnya.
Metafora kedua, yakni seekor singa yang digambarkan mandiri dan tidak memikul beban dari siapapun. Mentalitas seekor singa menolak beban yang harus dipikul karena harga diri dan martabat yang ia punya.
Singa menolak bukan karena beban itu buruk, tetapi karena hal itu dianggap akan merusak eksistensi dan wibawa yang ia miliki.
Kedua mentalitas tersebut dianggap tidak sehat oleh Nietzsche karena keduanya tidak mendukung pembentukan makna yang baru bagi individu. Kalau begitu, mentalitas seperti apakah yang harus dimiliki?
Nietzsche menyarankan seseorang harus memiliki mentalitas seperti bayi. Bayi menjadi lambang kepolosan, sebuah permulaan baru, dan sebuah langkah baru dalam menjalani kehidupan.
Baca juga: Mencari Makna Hidup Lewat Konsep Ikigai
Dengan kepolosannya, seorang bayi tidak akan mudah untuk mengiyakan atau menolak realitas yang hadir dalam hidupnya. Mentalitas yang sehat selalu hadir dalam realitas yang tidak pasti, ia selalu waspada, penuh kesadaran, dan tidak lengah.
Sekali lagi, Nietzsche menegaskan bahwa tujuan dan makna hidup seseorang bersifat otentik dan khas. Individu tidak perlu mengikuti orang lain untuk menjalani kehidupannya.
Bisa saja individu terinspirasi dan ingin menjadi seperti orang lain, namun jalan yang ditempuh, beban yang dipikul, dan hambatan yang menghadang tentu akan berbeda-beda. Pada akhirnya setiap orang memiliki ciri khas dalam dirinya masing-masing.
Ada cara untuk memaknai kehidupan yakni ikigai. Ikigai, merupakan sebuah prinsip dari Jepang mengenai cara membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna, berharga, dan seimbang.
Ikigai sendiri terdiri atas kata “iki” (hidup) dan "gai" (alasan), sehingga dapat diartikan sebagai alasan untuk hidup.
Ikigai adalah sebuah prinsip yang berhubungan dengan penerimaan diri kita seutuhnya dan dapat membawanya pada kesuksesan. Meski begitu, kesuksesan bukanlah sebuah syarat paten demi memiliki ikigai.
Dengan memiliki ikigai, kita mampu memberikan jalan dan tujuan dalam menjalani kehidupan. Kita tidak akan kehilangan arah, hidup berumur panjang, memiliki kesehatan yang baik, dan kita lebih bahagia jika kita memiliki ikigai.