Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

Alasan untuk Hidup, Sudahkah Kita Menemukannya?

Kompas.com - 11/10/2021, 20:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Andrea Lusi Anari dan Jihan Aulia Zahra (*)

KOMPAS.com - Tanggal 10 Oktober ditetapkan oleh World Federation for Mental Health (WFMH) sebagai world mental health day atau hari kesehatan mental sedunia.

Awal mula dari penetapan tanggal 10 Oktober sebagai hari kesehatan mental sedunia diinisiasi oleh Wakil Sekretaris Jenderal WFMH, Richard Hunter, di tahun 1992.

Tujuan awalnya adalah mengadvokasi kesehatan mental dengan memberi kampanye kepada masyarakat umum mengenai isu-isu yang terkait dengan kesehatan mental.

Sebulan sebelumnya, 10 September 2021, juga diperingati sebagai world suicide prevention day atau hari pencegahan bunuh diri sedunia ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).

International Association for Suicide Prevention (IASP) bersama WHO setiap tahun menyelenggarakan berbagai kegiatan dan kampanye untuk membangun kesadaran tentang pentingnya upaya pencegahan bunuh diri, serta mempromosikan tindakan dan cara yang terbukti dapat mengurangi tingkat bunuh diri maupun upaya bunuh diri secara global.

Dalam situs resminya, IASP menjelaskan bahwa faktor penyebab bunuh diri sangat beragam dan kompleks.

Banyak faktor penyebab yang kompleks dan saling terkait, mulai dari persoalan finansial sampai dengan pengalaman dilecehkan dapat mengakibatkan derita dan keputusasaan yang menyebabkan bunuh diri.

Ada faktor dan peristiwa kehidupan tertentu yang dapat membuat individu menjadi lebih rentan terhadap bunuh diri, termasuk kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Baca juga: Perhatikan, Ini Gejala Saat Kita Mengalami Gangguan Kesehatan Mental

Menurut IASP, pandemi COVID-19 berkontribusi pada meningkatnya perasaan terisolasi dan kerentanan.

Oleh sebab itu, tema dari world suicide prevention day 2021lalu adalah “Creating Hope Through Action” dengan tujuan dapat memberikan sinyal kepada orang-orang yang mengalami pikiran untuk bunuh diri bahwa ada harapan dan bahwa kita semua peduli serta mendukung mereka.

Adanya peningkatan substansial tingkat bunuh diri di seluruh dunia, terutama di kalangan usia remaja akhir dan dewasa akhir mendorong Bob Lew dan rekan-rekannya untuk melakukan penelitian yang diharapkan dapat membantu para peneliti dalam mengembangkan metode intervensi untuk mengelola faktor pelindung dan risiko bunuh diri.

Dalam jurnal Meaning in Life as a Protective Factor Against Suicidal Tendencies in Chinese University Students (2020) yang dipublikasikan di situs BMC Psychiatry, hasil penelitian Bob Lew dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa makna dalam hidup (meaning in life), termasuk keberadaan makna hidup dan pencarian makna, dapat menjadi faktor pelindung yang baik terhadap perilaku bunuh diri.

Konsep meaning in life dalam penelitian tersebut di atas mengacu pada konsep purpose in life yang diperkenalkan oleh Viktor E. Frankl, seorang neurolog dan psikiater, serta penulis buku Man’s Search for Meaning.

Frankl sendiri tidak membedakan secara khusus penggunaan istilah meaning in life dan purpose in life. Frankl percaya bahwa kehidupan manusia—seperti apapun keadaannya—memiliki makna dan tujuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com