Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buku "Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi", Panduan bagi Guru Berinovasi

Kompas.com - 25/11/2021, 16:24 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hampir dua tahun lamanya, sekitar 51 juta siswa dan 3 juta guru terdampak pandemi Covid-19. Di tengah situasi yang serba terbatas, para guru dan siswa dituntut beradaptasi akan model pembelajaran baru, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang mengandalkan sistem daring.

Tidak bisa dibilang mudah, karena kondisi di setiap wilayah, setiap sekolah, dan setiap anak didik berbeda-beda, termasuk kondisi para guru. Guru terus didorong untuk cepat beradaptasi melakukan transformasi pembelajaran, namun tak bisa dipungkiri ada beragam tantangan untuk berinovasi menggunakan teknologi. 

Dari data Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), selama pandemi ada 96,6 persen siswa yang belajar dari rumah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 86,6 persen siswa Indonesia belajar di rumah hanya dengan mengerjakan tugas dari guru. Sayangnya, pembelajaran yang interaktif hanya berhasil dilakukan oleh 38,8 persen populasi.

Baca juga: Hari Guru 2021, Nadiem Cerita Perjuangan dan Semangat Guru di Tengah Pandemi

Sebanyak 53,55 persen guru didapati kesulitan mengelola kelas selama PJJ dan 49,24 persen guru terhambat melaksanakan asesmen PJJ. Guru yang sulit menggunakan teknologi selama PJJ, jumlahnya mencapai 48,45 persen. Padahal, garda terdepan pendidikan yang harus adaptif dan berinovasi adalah guru.

Guna membantu guru berinovasi dalam pembelajaran, Tanoto Foundation dan Kompas.com meluncurkan buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi sebagai tuntunan para guru untuk beradaptasi di masa pandemi.

Diluncurkan pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2021, Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, Ari Widowati mengatakan inovasi belajar selama Covid 19 lebih banyak ditekankan pada aspek teknologi.

"Selama pembelajaran di masa pandemi, memanfaatkan teknologi menjadi hal utama sebagai sarana mengajar dan belajar. Semua orang sangat terbiasa memperkaya pengetahuan dari situs online. Termasuk adanya portal 'Guru Belajar' untuk memperkuat kompetensi para guru lintas geografis dan lintas waktu,"ujar Ari saat peluncuran buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi di kanal Youtube Kompascom, Kamis (25/11/2021). 

Baca juga: Hari Guru Nasional 2021: Bergerak Dengan Hati, Pulihkan Pendidikan

Ari mengatakan, saat ini pun banyak guru yang sudah berhasil beradaptasi akan situasi pandemi dan memanfaatkan teknologi dengan mudah.

"Misalnya, Ibu Totaria Simbolon yang merupakan guru SMPN 3 Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara menciptakan sebuah video pembelajaran mengenai mengerjakan matematika agar lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa," jelas Ari.

Lalu ada Juni Kardi, guru SDN 18 Pekanbaru Riau yang memiliki simulasi bagi para guru agar mahir menggunakan aplikasi online dalam menyampaikan materi ke para siswa.

"Dalam buku ini, ada sekitar 44 guru dan kepala sekolah yang siap berbagi. Lalu Ada 17 jurnalis yang aktif memublikasikan hal baik dalam proses pembelajaran kali ini," tambahnya.

Ia mengatakan, Tanoto Foundation terus berusaha meningkatkan dan menciptakan kualitas pembelajaran anak Indonesia.

Sementara, Pimpinan Redaksi (Pimred) Kompas.com, Wisnu Nugroho mengatakan banyak aspek yang bisa dipelajari dari pandemi Covid-19.

"Dari data Kemendikbud Ristek saja ada sekitar 51 juta siswa terdampak pandemi, 3 juta guru terdampak juga. Saya bisa merasakan hal ini karena saya adalah guru, ibu saya guru, bapak mertua saya guru, jadi dampak pandemi ini begitu terasa. Namun, inilah kesempatan untuk percepatan inovasi dilakukan," kata Wisnu.

Baca juga: Tanoto Bangun Pondasi Budaya Perbaikan Kualitas Berkelanjutan bagi Calon Guru

Namun, lanjut Wisnu, percepatan ini baru bisa dilakukan bila siswa dan guru mampu merespon perubahan dan tuntutan tantangan yang nyata.

"Untuk merespon itu, kuncinya adalah guru. Seorang guru adalah pembelajar pertama. Dengan kemampuan dia belajar, dia pasti akan mengajar atau mentransfer ilmunya ke orang lain," imbuh dia.

Karena sebagai pembelajar pertama, maka guru kaya pengalaman akan rasa sulit, kegagalan, kemudahan, dan rasa sukses saat belajar ilmu yang akan disampaikan.

"Dan dari basis pengalaman, yang disampaikan dan punya makna, kesan, kekuatan di dalamnya dan diterima para pembelajar. Untuk itu, dalam prosesnya harus selalu ada inovasi agar siswa bisa menerima transfer ilmu yang ada," tambahnya. 

Ia mengatakan, kehadiran para guru yang penuh inovasi bisa menjadi jawaban para guru akan ketidakpastian dari pandemi.

"Guru harus terus melakukan banyak perubahan. Dari para guru yang sudah berhasil menciptakan suatu inovasi maka guru lainnya bisa mendapat insight agar berhasil dari ketidakpastian selama pandemi," kata dia.

Baca juga: Tanoto Latih 10 Ribu Guru dan Kepala Sekolah Percepat Digitalisasi Pembelajaran

Selain itu, ia mengatakan jika Kompas didirikan dua orang guru, yakni Jakob Oetama dan P. K Ojong.

"Dan karena mereka adalah guru, mereka selalu memiliki keinginan untuk mengembangkan semua orang. Mereka tidak ingin terlihat menonjol, yang jelas muridnya lah yang harus berkembang," jelas Wisnu.

Spirit ini, terang dia, akhirnya menjadi basis utama di Kompas Gramedia, bagaimana Kompas menjadi bertumbuh dan berkembang karena semangat dari para guru. Termasuk, nama Kompas sendiri dari sejarahnya diberikan oleh Presiden Indonesia pertama Soekarno.

"Presiden Soekarno juga merupakan guru bagi bangsa. Karena itu, guru menjadi pilar yang kuat dalam membangun negeri ini," jelasnya.

Wisnu mengatakan, guru juga berperan menjadi kunci harapan. "Harapan ini, akan dipegang menjadi rujukan dan rujukan ini didasari pengalaman yang telah diolah para guru," tuturnya.

Ia menambahkan, dari angka 96.6 persen siswa yang terdampak PJJ, tidak banyak siswa yang berhasil menjalankan PJJ.

"Maka, dari pengalaman para guru berinovasi dan buku ini, bisa menjadi acuan menghadapi dan mengatasi ketidakpastian yang panjang supaya saling meneguhkan dan berkolaborasi akan tantangan yang nyata," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com