Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Ilmuwan Indonesia Raih Penghargaan Habibie Prize 2021, Ini Kiprahnya

Kompas.com - 19/11/2021, 16:17 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak ilmuwan yang berhasil menciptakan inovasi dan terobosan luar biasa. Habibie Prize hadir sebagai bentuk apresiasi bagi para ilmuwan bangsa.

Habibie Prize diberikan kepada perseorangan yang aktif dan sangat berjasa dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan berbagai kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang sangat inovatif dan bermanfaat secara signifikan bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian.

Sebelumnya, Habibie Prize adalah anugerah yang dikenal sebagai Habibie Award. Habibie Award Diselenggarakan oleh Yayasan Sumberdaya Manusia Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sejak Tahun 1999, dan Tahun 2020 menjadi Habibie Prize, yang diselenggarakan Bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sejak pelaksanaan pertamanya, anugerah ini telah diberikan kepada 71 ilmuwan, sebagai wujud apresiasi kepada tokoh yang telah berjasa dalam kehidupan intelektual dan karya luar biasanya yang disumbangkan kepada bangsa.

Baca juga: Akademisi Unair Masuk Top 0,1 Persen Pakar Dunia Helicobacter Pylori

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan pembangunan SDM unggul akan sangat mendukung kemajuan Indonesia dan menjadi salah satu kunci utama peningkatan daya saing di percaturan global.

“Kemajuan suatu bangsa tidak cukup hanya dengan tersedianya sumber daya alam yang melimpah dan pembangunan infrastruktur yang masif, tetapi juga harus didukung dengan peningkatan kualitas SDM; SDM Indonesia yang mampu berinovasi untuk membangun bangsa,” jelasnya seperti dilansir dari laman BRIN.

Handoko melanjutkan, sosok Bapak BJ Habibie telah menunjukkan kepada bangsa Indonesia akan kemampuan Indonesia untuk berinovasi dan memanfaatkan iptek untuk kemajuan dan kedaulatan bangsa. Indonesia maju dan berdaulat dapat digapai jika kita mempersiapkan secara sungguh-sungguh dan bersinergi dalam pembangunan SDM.

“Penghargaan ini merupakan momentum dan dorongan untuk kita semua berupaya menghasilkan lebih banyak lagi prestasi-prestasi lainnya. Semoga Habibie Prize menjadi motivasi dan inspirasi bagi para peneliti, ilmuwan, dan masyarakat untuk terus berkarya dan berkontribusi di berbagai bidang, khususnya bidang iptek, guna mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia,” terang Handoko.

Baca juga: 3 Beasiswa Penuh S1-S2 dari Pemerintah, Calon Mahasiswa Harus Tahu

Berikut empat ilmuwan Indonesia peraih anugerah Habibie Prize 2021:

1. Prof. Dr. Muhammad Hanafi, M.Sc, Peneliti Pusat Riset Kimia BRIN

Penghargaan: Kategori A Bidang Ilmu Dasar

Melansir ANTARA, Hanafi merupakan seorang peneliti di Pusat Kimia BRIN. Pria yang lahir di Semarang 12 April 1957 itu menyukai Kimia sejak masa SMA.

Ia mendapat gelar sarjana pada 1985 dari Universitas Indonesia, gelar master pada 1993 dan gelar doktor pada 1995 dari Universitas Osaka City, Jepang. Ia menjabat sebagai Kepala Laboratorium Kimia Organik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak 1997-2021.

Keahlian dan kompetensi penelitian Hanafi berfokus pada penemuan dan pengembangan obat dari bahan alam. Hanafi telah mendapat gelar profesor riset pada 2012 melalui orasi risetnya tentang proses penemuan obat baru antikolesterol dan antikanker.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain terkait obat antidiabetes, antikardiovaskuler, antihepatitis dan antikolesterol.

Hanafi telah banyak melakukan kolaborasi untuk memproduksi bahan aktif dari bahan alam, menjadi pengajar, promotor dan penguji di berbagai universitas di Indonesia serta aktif pada ragam kegiatan nasional maupun internasional.

Baca juga: Tiga Peneliti UGM Masuk Daftar 2 Persen Peneliti Teratas Dunia 2021

Penerima penghargaan Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2020 kategori Encouragement Award itu telah memperoleh 40 paten, 112 jurnal internasional, 55 prosiding internasional dan 46 jurnal nasional.

Saat ini Hanafi sedang melakukan penelitian dalam penemuan senyawa aktif antivirus hepatitis B dari tanaman yang merupakan bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia.

2. Assoc. Prof. dr. Nicolaas C. Budhiparama, Ph.D, Sp.OT(K)., FICS , Dosen Universitas Airlangga/Leiden University Medical Center, The Netherlands

Penghargaan: Kategori B Bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi

Setelah lulus sebagai dokter umum dari Universitas Sumatera Utara, Nicolaas Cyrillus Budhiparama melanjutkan pendidikan spesialis ortopedi di Universitas Leiden Medical School di Belanda dan lulus sebagai lulusan termuda pada 1993.

Nicolaas merupakan dokter bedah Indonesia yang memperkenalkan limb salvage surgery, suatu tonggak sejarah penting karena memberikan harapan dan kualitas hidup yang lebih baik pada para pasien dengan tumor tulang.

Tidak hanya memperkenalkan limb salvage surgery, ia juga memperkenalkan teknik-teknik operasi lainnya seperti computer assisted surgery dan unicondylar arthoplasty.

Nicolaas mengharumkan nama Indonesia dengan ikut menjadi pembicara dan moderator di berbagai pertemuan ortopedi bergengsi di dunia.

Baca juga: Indonesia Punya Ilmuwan Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2021, Ini Kiprahnya

Ia juga mendedikasikan dirinya dalam berbagai organisasi di dunia. Hal itu terus dilakukannya untuk menjembatani dokter-dokter di Indonesia untuk bisa berkiprah di level internasional.

Nicolaas Institute of Constructive Orthopaedic Research and Education Foundation didirikannya agar dapat mewadahi dan memotivasi para dokter Indonesia untuk bisa terhubung ke dunia internasional.

3. Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA, Guru Besar Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut Teknologi Bandung

Penghargaan: Kategori C Bidang Ilmu Rekayasa

Merupakan lulusan ITB tahun 1975 dan melanjutkan studi sampai S3 di Universite de Poitier, Prancis tahun 1981, Subagjo menerima penghargaan tersebut atas semangatnya dalam mewujudkan kemandirian Indonesia di bidang teknologi katalis. Ia merupakan peneliti di Kelompok Keahlian Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis.

Sejak 2008, Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis mengembangkan katalis yang mengonversi minyak sawit menjadi bahan bakar diesel.

Selain itu, dampak dari katalis hasil pengembangan Subagjo bersama tim, dan mitra industri ini adalah memberikan peluang untuk kesejahteraan petani sawit swadaya Indonesia yang mencapai 37 juta kepala keluarga.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

4. Dr. (HC) Nyoman Nuarta, Seniman

Penghargaan: Kategori E Bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan

Nyoman Nuarta merupakan seniman terkenal asal Bali yang sudah lebih dari 45 tahun lamanya menggeluti bidang kesenian dan menjadi maestro khususnya di bidang seni patung dan menghasilkan berbagai karya mengagumkan, salah satunya patung Garuda Wisnu Kencana.

Pria kelahiran di Tabanan, Bali pada 14 November 1951 itu membuat patung Garuda Wisnu Kencana yang menjulang di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Bali.

Pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana menghabiskan waktu selama 28 tahun. Patung itu menjadi ikonik di Bali dan merupakan salah satu karya patung tertinggi di dunia.

Nyoman juga membangun taman patung di Bandung, yakni di NuArt Sculpture Park untuk berbagi nilai luhur budaya melalui kegiatan kesenian.

Pada awal 2021 Nyoman memenangkan sayembara konsep desain istana negara ibu kota negara baru yang memiliki konsep istana negara burung garuda yang merupakan sinergi antara seni, sains dan teknologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com