Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal Sepele yang Bisa Membuat Gagal Lolos SNMPTN-SBMPTN

Kompas.com - 17/11/2021, 09:10 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Nasih mencontohkan ialah pemilihan foto akun. Tak sedikit siswa pada tahun sebelumnya yang tidak mempersiapkan dengan baik.

"Pada tahun-tahun sebelumnya, ada peserta-peserta yang mungkin karena tidak fokus atau karena memang tidak niat, fotonya itu tidak disiapkan dengan baik. Ada yang foto dengan selfie, ada yang foto dengan pacarnya, ada yang foto dengan kucingnya, ada yang foto dengan keluarganya, atau ada yang foto dari belakang tidak kelihatan mukanya," ucap Nasih.

Baca juga: Beasiswa BCA 2022, Kuliah Teknik Informatika Gratis bagi Lulusan SMA-SMK

Kondisi seperti itu, tegas Nasih, membuat kesempatan siswa untuk masuk menjadi sangat kecil.

"Jangan sampai, sudah sekolah SMA berat-berat, hanya karena foto saja, kemudian menjadi gagal," imbuh dia.

4. Tidak tahu daya tampung PTN

Nasih mengingatkan calon mahasiswa bahwa daya tampung PTN berbeda-beda. Sehingga, hal tersebut juga perlu dipertimbangkan saat memilih prodi sebagai sebuah strategi.

Untuk SNMPTN misalnya, meski siswa ranking satu di kelas, terang Nasih, bukan berarti jaminan akan diterima. Sebab, itu merupakan ranking 1 di kelas, bukan ranking satu di pemeringkatan sekolah.

"Kami menyarankan, kalau misalnya dalam sebuah perguruan tinggi atau program studi tertentu itu, seperti di Unair misalnya, jurusan Kedokteran hanya terima 10 orang dari SMA X, maka siswa di luar peringkat 10 itu, sudah pasti tidak diterima," jelasnya.

Baca juga: Sampoerna University Buka Beasiswa S1 Tahun 2022, Bebas Biaya Kuliah

5. Proses input data ke PDSS oleh pihak sekolah

Hal krusial lain yang perlu dicermati ialah pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) oleh pihak sekolah untuk pendaftaran SNMPTN.

"Meski saat ini ada perubahan, di mana data siswa yang bisa dimasukkan hanya yang eligible saja, namun menjadi titik krusial," jelas Nasih.

Ia menjelaskan, krusial bila ada perbedaan seperti ada model SKS dan non-SKS, termasuk untuk siswa kelas percepatan (akselerasi) sering kali menjadi kendala dalam proses.

"Sehingga mohon disiapkan dengan benar mereka-mereka yang berada di luar kebiasaan, yang mestinya tiga tahun namun hanya diselesaikan dua tahun, ini juga menjadi titik krusial," terang Nasih.

Oleh karena itu, tegas Nasih, siswa berhak untuk mengecek dan mempersiapkan sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com