Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2021, 16:11 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Luasnya wilayah Indonesia menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan program pemerintah dalam hal pemerataan pendidikan.

Terlebih saat kondisi pandemi Covid-19, saat siswa harus mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) namun layanan internet belum bisa diakses di seluruh pelosok Indonesia.

Untuk memenuhi hak pendidikan bagi anak-anak khususnya di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang memiliki kesulitan dalam mengakses pembelajaran, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat mempunyai program khusus.

Program ini disebut Guru Keliling atau Guling. Alhasil program ini turut diapreasi Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Sri Wahyuningsih.

Baca juga: DIY PPKM Level 2, Epidemiolog UGM Imbau Masyarakat Tetap Waspada

Program pemenuhan hak pendidikan siswa

Sri Wahyuningsih mengapresiasi program Guling yang diinisiasi Kabupaten Polewali Mandar sebagai upaya pemenuhan hak pendidikan bagi siswa.

Sri Wahyuningsih mengungkapkan, berbagai masalahan pendidikan timbul selama pembelajaran yang dilaksanakan dalam kondisi pandemi Covid-19 ini. Diantaranya adalah penurunan capaian belajar hingga banyak siswa yang putus sekolah.

Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan PJJ, akan tetapi metode tersebut tidak dapat dilakukan secara maksimal karena persoalan latar belakang daerah di Indonesia yang berbeda-beda.

"Berdasarkan hasil riset dan survei dari berbagai lembaga Indonesia dan dunia, penurunan capaian belajar akibat PJJ utamanya terjadi di kelompok anak kurang mampu," ungkap Sri Wahyuningsih seperti dikutip dari situs Direktorat SD Kemendikbud Ristek, Kamis (21/10/2021).

Baca juga: Ezi Masdia Putri Raih Gelar Doktor Termuda Usia 26 Tahun di Unand

Turunnya capaian belajar siswa

Selama PJJ banyak persoalan yang terjadi sehingga menurunkan capaian belajar siswa atau learning loss.

Untuk siswa SD, ditemukan realita bahwa Pekerjaan Rumah (PR) atau tugas para siswa justru dikerjakan para orang tua. Sehingga mempengaruhi penilaian capaian belajar yang kemudian rentan terjadi learning loss.

Selain itu tingginya tingkat pernikahan dini terjadi di daerah yang ekonominya rendah (daerah 3T). Ini salah satu permasalahan sosial yang juga mempengaruhi pendidikan.

 

Dia tak menampik hal tersebut terjadi selama pandemi Covid-19 ini. Untuk menjawab segala tantangan tersebut pemerintah tidak pernah berhenti mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mendorong serta mempercepat peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Diharapkan program Sekolah Penggerak bisa menggerakkan lebih cepat kemajuan pendidikan di Indonesia, terutama dari aspek pola pembelajaran.

Program ini memperkuat kemampuan digitalisasi dan sifat impulsif untuk menghilangkan 3 dosa di dunia pendidikan yakni bullying, narkoba, kekerasan seksual yang terjadi di sekolah agar tidak menjadi norma. "Hal tersebut akan menimbulkan dampak buruk yang luar biasa," tandas Sri Wahyuningsih.

Baca juga: Tips Menulis Motivation Letter Beasiswa ala Ditjen Dikti

Polewali Mandar berhasil keluar dari kategori daerah 3T

Sementara itu Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar Hamka menambahkan, sebagian besar daerahnya sudah satu tahun ini berhasil keluar dari kategori daerah tertinggal (3T).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com