Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

Jalan Panjang Atlet untuk Sejahtera dalam Urusan Mental

Kompas.com - 16/08/2021, 10:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Andrea Lusi Anari dan Jihan Aulia Zahra (*)

KOMPAS.com - Tokyo Olympic 2020 menjadi salah satu ajang yang paling mendapatkan perhatian saat ini. Berbagai macam kejadian, keunikan, dan hal-hal luar biasa tidak luput dari pemberitaan.

Kabar baik maupun kabar kurang baik terus kita dapatkan dari Tokyo Olympic 2020. Aspek-aspek yang selama ini tidak menjadi fokus pada kehidupan atlet kemudian menjadi cukup dibicarakan.

Salah satu pembicaraan yang ramai saat Tokyo Olympic 2020 adalah keputusan atlet senam asal Amerika Serikat yang dalam kariernya sebagai atlet telah mendapatkan setidaknya 19 medali emas, Simone Biles, memutuskan untuk mengundurkan diri dari perlombaan cabang senam dengan alasan kesehatan mentalnya yang memburuk.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa berolahraga memiliki manfaat dalam membantu menaikkan suasana hati yang kemudian memiliki pengaruh pada kesehatan mental.

Dengan menggerakkan tubuh, kita dapat meningkatkan endorfin dan enkefalin, dua hal yang memproduksi hormon yang membuat kita merasa lebih baik.

Berolahraga juga membuat diri kita hanya fokus kepada diri sendiri dibandingkan kesibukan yang sering datang pada kita, sebagai bagian dari istirahat dan fokus diri yang sering kali kita butuhkan.

Meskipun kegiatan olahraga yang telah kita bahas terlihat sangat positif, tetapi tidak membuat atlet—yang kegiatan utama mereka adalah berolahraga—kebal dengan tantangan kesehatan mental.

Bahkan, atlet memiliki tekanan tersendiri pada aspek kesehatan mental seperti tekanan untuk selalu tampil baik saat bermain, latihan yang terlalu banyak menguras energi, bahkan kehidupan mereka yang disorot publik menjadi sangat menantang bagi mereka dalam aspek kesehatan mental.

Kembali lagi pada Simone Biles yang memutuskan untuk mundur bermain pada cabang olahraga senam di Tokyo Olympic 2020. Mundurnya Biles mengejutkan banyak pihak, terutama orang-orang yang menyelami dunia senam.

Selama ini, Biles dikenal sebagai pesenam paling berprestasi sepanjang masa membuat banyak orang menilai Biles sebagai pesenam yang percaya diri dan tidak pernah takut dengan pesaingnya.

Topik kesehatan mental pada atlet yang mundur memang belum dibicarakan secara gamblang oleh khalayak. Untungnya, keputusan Biles juga mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk Asosiasi Senam Amerika Serikat.

"Setiap kali kita berada dalam situasi stres yang tinggi, kita mulai menjadi ketakutan dan tidak benar-benar tahu bagaimana menangani semua emosi itu, terutama di olimpiade," kata Biles mengonfirmasi kemundurannya pada olimpiade.

Keputusan Simone Biles ini akhirnya mulai meninggikan pembicaraan mengenai kesehatan mental dan kesejahteraan (well-being) sendiri, terutama dalam kalangan atlet.

Dari sebuah data yang dikutip oleh Organisasi Athletes for Hope, terdapat 35 persen atlet di Amerika Serikat yang mengalami gangguan mental seperti stres, gangguan makan, kelelahan, depresi, dan kecemasan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com