Oleh: Andrea Lusi Anari dan Jihan Aulia Zahra (*)
KOMPAS.com - Tokyo Olympic 2020 menjadi salah satu ajang yang paling mendapatkan perhatian saat ini. Berbagai macam kejadian, keunikan, dan hal-hal luar biasa tidak luput dari pemberitaan.
Kabar baik maupun kabar kurang baik terus kita dapatkan dari Tokyo Olympic 2020. Aspek-aspek yang selama ini tidak menjadi fokus pada kehidupan atlet kemudian menjadi cukup dibicarakan.
Salah satu pembicaraan yang ramai saat Tokyo Olympic 2020 adalah keputusan atlet senam asal Amerika Serikat yang dalam kariernya sebagai atlet telah mendapatkan setidaknya 19 medali emas, Simone Biles, memutuskan untuk mengundurkan diri dari perlombaan cabang senam dengan alasan kesehatan mentalnya yang memburuk.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa berolahraga memiliki manfaat dalam membantu menaikkan suasana hati yang kemudian memiliki pengaruh pada kesehatan mental.
Dengan menggerakkan tubuh, kita dapat meningkatkan endorfin dan enkefalin, dua hal yang memproduksi hormon yang membuat kita merasa lebih baik.
Berolahraga juga membuat diri kita hanya fokus kepada diri sendiri dibandingkan kesibukan yang sering datang pada kita, sebagai bagian dari istirahat dan fokus diri yang sering kali kita butuhkan.
Meskipun kegiatan olahraga yang telah kita bahas terlihat sangat positif, tetapi tidak membuat atlet—yang kegiatan utama mereka adalah berolahraga—kebal dengan tantangan kesehatan mental.
Bahkan, atlet memiliki tekanan tersendiri pada aspek kesehatan mental seperti tekanan untuk selalu tampil baik saat bermain, latihan yang terlalu banyak menguras energi, bahkan kehidupan mereka yang disorot publik menjadi sangat menantang bagi mereka dalam aspek kesehatan mental.
Kembali lagi pada Simone Biles yang memutuskan untuk mundur bermain pada cabang olahraga senam di Tokyo Olympic 2020. Mundurnya Biles mengejutkan banyak pihak, terutama orang-orang yang menyelami dunia senam.
Selama ini, Biles dikenal sebagai pesenam paling berprestasi sepanjang masa membuat banyak orang menilai Biles sebagai pesenam yang percaya diri dan tidak pernah takut dengan pesaingnya.
Topik kesehatan mental pada atlet yang mundur memang belum dibicarakan secara gamblang oleh khalayak. Untungnya, keputusan Biles juga mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk Asosiasi Senam Amerika Serikat.
"Setiap kali kita berada dalam situasi stres yang tinggi, kita mulai menjadi ketakutan dan tidak benar-benar tahu bagaimana menangani semua emosi itu, terutama di olimpiade," kata Biles mengonfirmasi kemundurannya pada olimpiade.
Keputusan Simone Biles ini akhirnya mulai meninggikan pembicaraan mengenai kesehatan mental dan kesejahteraan (well-being) sendiri, terutama dalam kalangan atlet.
Dari sebuah data yang dikutip oleh Organisasi Athletes for Hope, terdapat 35 persen atlet di Amerika Serikat yang mengalami gangguan mental seperti stres, gangguan makan, kelelahan, depresi, dan kecemasan.