Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unair Ciptakan Sensor Saturasi Oksigen

Kompas.com - 05/08/2021, 19:50 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat terpapar Covid-19, salah satu yang penting diperhatikan yakni kadar oksigen dalam darah.

Rutin mengukur saturasi oksigen ini penting dilakukan bagi kasus positif Covid-19 yang harus menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah tanpa pemantauan petugas medis.

Saat ini, alat untuk mengecek jumlah saturasi oksigen atau oximeter bisa dengan mudah ditemukan di toko kesehatan maupun toko online.

Melihat pentingnya alat untuk menghitung saturasi oksigen, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menggagas sebuah sensor saturasi oksigen yang terintegrasi Internet of Things (IoT) dari bahan nanomaterial berupa lapisan tipis (thin film) material MXene.

Baca juga: Siswa, Pahami Risiko Penularan Covid-19 di Tempat Makan

Ciptakan sensor saturasi oksigen

Gagasan empat mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisplin (FTMM) berhasil meraih juara dua kategori Diagnostic/Supporting Tools pada lomba Idea Competition ‘Innovation for Infectious Disease (I4I)’ tingkat international yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran (FK) Unair.

Ide ini digagas empat mahasiswa Program Studi Rekayasa Nanoteknologi 2020, yakni Diva Meisya Maulina Dewi, Agustina Oktafiani, Fajar Sukamto Putra, dan Zuhra Mumtazah.

Ketua tim Diva Meisya menjelaskan, pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman) mengalami saturasi yang tiba-tiba di bawah 90 persen tanpa gejala sesak menjadi konsen utama dalam menciptakan inovasi ini.

"Sensor langsung terintegrasi ke RS atau fasilitas kesehatan terdekat sehingga akan cepat memberikan pertolongan pertama pada pasien," terang Diva seperti dikutip dari laman Unair, Kamis (5/8/2021).

Baca juga: Ditjen Dikti Buka Beasiswa Studi Doktor di Luar Negeri, Ini Syaratnya

Menurut Diva, sensor saturasi oksigen berperan sebagai telemedicine dan kontroling. Diva menuturkan, sensor yang tersusun dari lapisan Thin film MXene terangkai dengan alat elektronik berupa mikrokontroler dan wifi module berbentuk seperti cincin.

Sensor dipasang di jari tangan

Sensor yang dipasang di jari tangan akan mendeteksi saturasi oksigen dalam darah. Signal kemudian diterima oleh mikrokontroler untuk diteruskan ke database sehingga bisa diakses oleh user.

"Cara MXene mendeteksi saturasi oksigen, berdasar penelitian Khan et al, (2018) tiap pixel dari ROA terdiri atas Red OLED, NIR dan OPD yang masing-masing akan terkoneksi pada Analog Front End (AFE)," papar Diva.

Baca juga: 3 Kriteria Mahasiswa Bisa Peroleh Bantuan UKT Kemendikbud Ristek

Semua komponen, lanjut Diva, terhubung pada mikrokontroler untuk kemudian diakses oleh user.

Dia mengungkapkan, Red OLED, NIR dan OPD merupakan sinar yang memiliki gelombang tertentu yang nantinya mendapatkan data mengenai oksihemoglobin dan deoksihemoglobin.

"Semua komponen ini terhubung pada mikrokontroler sebagai penerima sinyal untuk diteruskan ke pengguna," imbuh Diva.

Di bawah bimbingan dosen FTMM Ilma Amalina dan Tahta Amrillah, tim menargetkan pendanaan sehingga dapat terealisasikan.

Baca juga: Cairkan Bantuan Kuota Gratis, Kepala Sekolah Harus Lakukan Hal Ini

Diva berharap, sebagai mahasiswa terus berinovasi, inspirasi inovasi dapat terlahir di sekitar kita atau permasalahan dalam isu terkini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com