Oleh: Arki Sudito*
KOMPAS.com - Pernahkah kamu menekuni hobi baru yang awalnya didorong oleh rasa ingin tahu yang besar? Atau saat ini sukses berbisnis karena awalnya ingin mencari pengalaman baru sehingga berani mengambil risiko?
Bila pernah, maka itu menunjukkan curiosity atau rasa ingin tahu mendorongmu melakukan hal-hal positif. Apa itu rasa ingin tahu?
Rasa keingintahuan adalah salah satu karakter penting, khususnya di era yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian seperti saat ini.
Menurut Todd. B Kashdan, Professor Psikologi George Mason University, bersama rekan-rekannya (2017) dalam publikasi penelitian berjudul The Five-dimensional Curiosity Scale: Capturing the Bandwidth of Curiosity and Identifying Four Unique Subgroups of Curious People, rasa ingin tahu diawali dengan mengenali sesuatu yang baru, tidak pasti, kompleks, dan ambigu.
Kemudian muncul keinginan untuk mengeksplorasi hal tersebut. Rasa ingin tahu ditandai dengan perasaan tertarik terhadap suatu situasi karena ada kesempatan untuk mempelajari hal baru di situasi tersebut.
Pada tahun 2009, Kashdan, Gallagher, Silvia, dan Winterstein dalam penelitian The Curiosity and Exploration Inventory – II: Development, Factor Structure, and Psychometrics mengungkapkan bahwa ada dua dimensi rasa keingintahuan, yaitu stretching dan embracing.
Walau sudah ada penelitian terbaru mengenai lima dimensi keingintahuan, dua dimensi ini masih relevan dan dapat digunakan. Stretching adalah motivasi untuk mencari pengetahuan dan pengalaman baru.
Baca juga: 4 Ciri Orang Rendah Hati
Sementara embracing adalah keinginan untuk menerima dengan lapang dada ketidakpastian dan hal-hal tak terduga yang terjadi setiap hari.
Sementara itu, pada tahun 2018, Kashdan dalam artikel What are the Five Dimensions of Curiosity di situs toddkashdan.medium menjelaskan lima dimensi keingintahuan, yaitu:
Dalam artikel yang sama, berdasarkan penelitian Kashdan dan rekan-rekannya, juga dijelaskan empat tipe individu berdasarkan dimensi-dimensi keingintahuan:
Lalu, apa dampak positif seseorang dengan curiosity tinggi terhadap organisasi tempat mereka bekerja atau berkarya?
Penelitian yang dilakukan Mussel (2013) serta penelitian dari Neubert, Mainert, Kretzschmar dan Greiff (2015) menunjukkan bahwa seseorang dengan rasa ingin tahu yang besar, akan lebih responsif terhadap perubahan organisasi, dan lebih fleksibel untuk beradaptasi dengan strategi dan budaya kerja baru.
Orang tersebut juga lebih tertarik—dan tak mudah frustasi—ketika memiliki kolega baru atau harus menggunakan teknologi baru. Ia akan mencoba memahami, menghargai dan mau mengenal lebih jauh hal-hal baru tersebut.
Baca juga: Meningkatkan Kegigihan dengan Growth Mindset
Pada artikel berjudul The Business Case for Curiosity yang dimuat di Harvard Business Review (2018), Fransesca Gino, Professor of Business Administration di Harvard Business School, mengungkapkan bahwa karyawan dengan keingintahuan yang tinggi akan memberikan dampak positif terhadap performa organisasi.