KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 hingga kini belum juga mereda. Maka tak heran jika pemerintah masih melarang mudik Lebaran 2021.
Sama seperti tahun lalu, pandemi bahkan membuat beberapa kampung halaman melakukan lockdown atau hanya ada satu akses pintu masuk di tiap kampung.
Menurut Dr. Ni Made Sukartini, SE., M.Si., MIDEC., dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), ada esensi lebaran dan mudik.
Baca juga: Jelang Lebaran Mau Bepergian ke Luar Kota? Pahami Dulu Syaratnya
Esensi lebaran dan mudik lebaran ada dua, yakni:
1. Pertama, sebagai perayaan hari suci dan momen untuk berinteraksi sosial bersama keluarga.
2. Kedua, implikasi bagi aktivitas ekonomi khususnya di daerah pedesaan sangat tinggi.
Dosen ekonomi publik itu menjelaskan bahwa tradisi mudik sebagai perayaan lebaran mempunyai implikasi yang lebih besar dalam konteks ekonomi.
Hal ini terkait dengan aktivitas ekonomi dalam kegiatan berbelanja untuk pertemuan keluarga.
"Kegiatan tersebut tentu saja akan membawa daya ungkit ekonomi cukup besar bagi aktivitas ekonomi secara keseluruhan," ujarnya seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (11/5/2021).
Dijelaskan, meski terdapat larangan dari pemerintah untuk mudik, namun hal ini tidak menurunkan nilai ekonomi dari tradisi mudik.
Baca juga: Seperti Ini Kiat Mahasiswi Indonesia Puasa di Sudan Suhunya Capai 47 Derajat
"Saya rasa tidak menurunkan nilai ekonomi. Jika hal-hal yang tadinya kita lakukan offline sekarang bisa kita lakukan secara online, maka aktivitas ekonomi juga bisa dilakukan," terangnya.
"Kita masih bisa belanja di mana posisi kita sekarang, dan mengirimkannya ke sanak saudara kita di desa," jelasnya.
Dampak lain dari pandemi ini tentu aktivitas ekonomi kini beralih dari offline ke online. Masyarakat tetap memiliki banyak pilihan untuk berbelanja secara online.
Contohnya, membeli pakaian lebaran melalui UMKM yang sudah terlibat dalam penjualan online, dan juga membeli makanan atau kue lebaran secara online dan mengirimkannya kepada sanak saudara.
Adapun produk-produk hasil pertanian dan UMKM di desa juga bisa dipromosikan secara online. Surplus produksi yang ada di desa dapat dipromosikan oleh pemuda-pemuda desa melalui karang taruna.
Hal ini bertujuan agar keluarga yang tidak mudik ke kampung halaman masih bisa menikmati makanan khas desa.
"Dengan cara ini aktivitas ekonomi baik di kota maupun di desa masih bisa berjalan, walaupun tidak sebanyak dan secepat dalam kondisi normal," tambahnya.
Baca juga: 4 Kegiatan Seru Orangtua dengan Anak Saat Menunggu Buka Puasa
Karena itu, dia mengimbau agar masyarakat menunda rencana dan kebiasaan mudik tahun ini. Hal ini untuk menghindari potensi keterpurukan yang lebih lama lagi dan memutus persebaran Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.