Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa di Lebanon, Masak Bersama untuk Buka dan Sahur Jadi Rutinitas Hamzah

Kompas.com - 01/05/2021, 12:16 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjalankan ibadah puasa bersama keluarga terkasih menjadi moment diidam-idamkan bagi mahasiswa yang terpaksa tidak bisa mudik karena kondisi pandemi Covid-19.

Apalagi mahasiswa yang berada di luar negeri juga tidak leluasa pulang ke Indonesia untuk menjalankan ibadah puasa atau Lebaran bersama keluarga.

Kondisi ini mungkin dirasakan para mahasiswa Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia yang saat ini masih menempuh studi di berbagai negara.

Hamzah Assuudy Lubis termasuk salah satu mahasiswa asal Indonesia yang saat ini masih menempuh pendidikan di Lebanon.

Baca juga: Berpuasa di Negeri Paman Sam, Zafran Rindu Es Buah dan Kolak

Ramadhan keempat di Lebanon

Bulan Ramadhan kali ini merupakan tahun keempatnya sehingga Hamzah sudah terbiasa dengan ritme berpuasa di Lebanon. Termasuk soal makanan khas Lebanon dan durasi berpuasa yang lebih lama yakni selama kurang lebih 15 jam.

"Saat ini di Lebanon sedang musim semi, sehingga cuaca tidak terlalu panas dan kalau malam tidak terlalu dingin. Hampir sama dengan cuaca di Indonesia," ujar Hamzah mengawali perbincangan dengan Kompas.com, Sabtu (1/5/2021).

Mahasiswa University of Tripoli, Lebanon Jurusan Islamic Law ini mengaku, ada rutinitas unik yang dilakukan saat puasa.

Dia dan teman-teman dari Indonesia lainnya, setiap hari mendapatkan jadwal piket memasak untuk makan sahur dan berbuka. Rutinitas ini tentu membuat keahlian memasaknya cukup meningkat.

"Sehari ada dua orang yang piket memasak untuk berbuka dan sahur. Mahasiswa asal Indonesia tinggal di satu asrama, jumlahnya ada 13 orang. Terbiasa memasak saat puasa ini, pulang ke Indonesia bisa jadi koki," kata Hamzah sembari tertawa.

Baca juga: Cerita Ramadhan di Perancis, Wisnu Punya Trik Puasa Berdurasi Panjang

Diperbolehkan shalat Tawarih di masjid

Meski masih dalam kondisi pandemi, namun Hamzah bersyukur karena masjid dibuka baik untuk shalat 5 waktu dan shalat tarawih.

Namun semua orang yang shalat di masjid wajib menerapkan protokol kesehatan, termasuk jaga jarak saat shalat berjamaah.

Disinggung soal makanan di Lebanon, Hamzah mengaku sudah cukup terbiasa dengan menu-menu khas Lebanon. Termasuk citarasa makanan khas Lebanon yang cenderung hambar dan agak asam.

Selain itu Hamzah juga jadi terbiasa makan buah zaitun sebagai lauk ringan yang dimakan bersama roti yang menjadi makanan pokok warga Lebanon.

Meski memiliki rasa asam, buah Zaitun ini ternyata bisa membuat pencernaan terasa nyaman.

"Makanan di sini, agak kecut dan hambar lebih ke netral rasanya. Hidangan penutup mereka biasanya  benar-benar manis. Bahkan untuk menu sahur, biasanya orang Lebanon makan keju, coklat, teh, kurma terbiasa makanan yang ringan. Berbeda dengan orang Indonesia saat sahur tetap harus makan makanan berat seperti nasi," beber Hamzah.

Baca juga: Bisa untuk Diet, Ini Manfaat Kolang-kaling Menurut Pakar IPB

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com