Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UNY Gagas Program Tingkatkan Kebugaran Siswa Tuna Netra

Kompas.com - 18/03/2021, 11:24 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siswa berkebutuhan khusus dinilai rentan memiliki kondisi kebugaran jasmani yang rendah. Meski di Sekolah Luar Biasa (SLB) sudah ada program untuk meningkatkan kebugaran jasmani namun olahraga yang dilakukan dirasa kurang efektif karena beberapa kendala.

Kondisi ini khususnya dialami siswa penyandang tuna netra. Kendala yang dihadapi anak-anak penyandang tuna netra mulai dari keterbatasan alat, keterbatasan ruang hingga pengetahuan guru. Terbatasnya pengetahuan guru dalam mengajarkan kebugaran jasmani disebabkan guru bukan dari bidang studi tersebut.

Sehingga kegiatan yang dilakukan kurang mengarah ke peningkatan kebugaran jasmani. Selain itu, kegiatan kurang variatif dan cenderung membuat siswa cepat bosan.

Baca juga: Djarum Buka Beasiswa Mahasiswa D4-S1, Tunjangan Rp 1 Juta Per Bulan

Program Fun Art bagi siswa penyandang tuna netra

Melihat kendala yang dialami siswa penyandang tuna netra ini, membuat sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mempunyai ide membuat program pelatihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani mereka.

Para mahasiswa yang terlibat dalam pembuatan program ini adalah Andri Bangsawan, Destiyani, Nur Afifah serta Yustia Pramesti dan Wulan Febrianingsih.

Metode yang diciptakan adalah ‘Peningkatan Kebugaran Jasmani Anak Tunanetra dengan metode Fun Art berbasis Permainan Tradisional Nusantara’.

Menurut Andri yang merupakan mahasiswa prodi Ilmu Keolahragaan, dari kendala yang dihadapi siswa penyandang tuna netra, dia dan tim mempunya ide untuk melakukan terapi fisik terhadap siswa tunanetra. Andri dan tim kemudian menyusun program latihan terapi untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Baca juga: Mahasiswa Dapat Rp 9 Juta Per Semester, Ini Cara Daftar KJMU 2021

"Dengan menyesuaikan dengan karakteristik anak tunanetra, dimana dalam keterbatasan mereka tetap bisa melakukan dengan maksimal," kata Andri seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (17/3/2021).

Program Fun Art ini mengadaptasi permainan tradisional dengan bentuk program latihan terapi fisik olahraga yang dibuat khusus untuk anak tuna netra.

Mahasiswa lain, Destiyani menambahkan program pelatihan ini adalah program pelatihan dengan metode berbasis permainan tradisional nusantara yang disesuaikan dengan karakteristik anak-anak tuna netra.

"Pelatihan berbasis permainan tradisional dipilih untuk membudayakan kearifan lokal Indonesia melalui permainan," ujar Destiyani yang merupakan mahasiswa prodi Pendidikan Anak Usia Dini.

Baca juga: Ikut Kampus Mengajar, Mahasiswa Dapat Uang Saku Bulanan dan Bantuan UKT

Berbasis permainan tradisional

Permainan yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran siswa tuna netra antara lain Oray-orayan, Gebuk Banyu dan Terompa Panjang.

Oray-Orayan diadaptasi dari Jawa Barat dan Terompa Panjang dari Riau. Sedangkan gebuk banyu merupakan permainan yang biasa dilakukan saat lomba 17 Agustus. Yaitu memukul air yang digantungkan dalam plastik.

"Permainan tradisional oray-orayan merupakan aktivitas ritmik berjalan dan berlari dengan durasi 20-30 menit pada permainan ini menstimulasi kerja paru dan jantung untuk bekerja lebih keras," ungkap Nur Afifah dari prodi Pendidikan Luar Biasa.

Tingkatkan kardiorespirasi siswa

Aktivitas aerobik seperti ini memacu peningkatan daya tahan paru dan jantung sampai pada tingkat 70 hingga 80 persen denyut nadi maksimal. Sehingga kapasitas kardiorespirasi anak-anak tuna netra akan mengalami peningkatan.

Baca juga: Mahasiswa, Manfaatkan 8 Kegiatan Pembelajaran Kampus Merdeka

Yustia menambahkan, pada permainan gebuk banyu anak-anak akan melakukan berbagai macam aktivitas seperti berjalan, jongkok, berlari, melompat dan memukul.

"Komponen kebugaran jasmani yang menjadi sasaran pada permainan tradisional ini adalah kekuatan otot ekstremitas atas dan daya tahan kardio respirasi. Sedangkan pada terompa panjang melatih kekuatan otot tungkai dan daya tahan kardio respirasi anak-anak," imbuh Yustia mahasiswa prodi Pendidikan IPA ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com