KOMPAS.com - Mendorong siswa memiliki kebiasaan membaca itu butuh kreativitas. Guru bisa meminta siswa mengerjakan proyek kecil-kecilan di rumah.
“Ide awalnya siswa bisa membaca di mana saja dan kapan saja, termasuk membaca buku saat berada di rumah,” ujar Sampurna, guru SDN 005 Kuala Tungkal, Tanjung Jabung, Jambi.
Pandemi membuat guru dan siswa belajar dari rumah dan mendorong guru untuk melakukan banyak kreativitas, salah satunya adalah membuat pojok baca di rumah siswa.
“Selain untuk menanamkan budaya baca masih tetap terjaga, juga mendorong siswa melatih kreativitas dalam menata pojok baca di rumah,” ujar guru yang juga fasilitator Tanoto Foundation, Rabu (20/1/2021).
Setiap siswa mendesain sendiri karya pojok bacanya, yang terpenting letak buku dapat terjangkau anggota keluarga lainnya ketika mau membaca.
Menariknya, selain menaruh buku, setiap siswa yang telah membaca buku membuat resume dan dimasukkan ke dalam kotak tabungan ilmu.
“Saya ingin siswa memanfaatkan ruang kosong di rumah dengan membuat mading sekolah, tempat siswa membaca,” ujarnya.
Menurut Sampurna, pojok baca di rumah selama pandemi membuat siswa semakin dekat dan mencintai buku.
“Pandemi membuat siswa belajar dari rumah, jangan sampai budaya baca menurun, saya dorong mereka tetap baca buku dari rumah, makanya tercetuslah ide membuat pojok baca di rumah,” imbuhnya.
Baca juga: Sadar Bahaya Gawai bagi Anak-anak, Kominfo Tekankan Pentingnya Literasi Digital
Masa pandemi membuat sulit dalam mengaktualisasikan pendidikan, salah satunya pojok baca.
Namun, pojok baca dibuat bukan untuk menyaingi perpustakaan, namun justru membantu perpustakaan sekolah dalam menciptakan gemar membaca dan rutinitas membaca bagi siswa.
Sehingga buku-buku yang ada di rumah diharapkan berbeda dengan buku buku yang ada di sekolah.
Dalam rangka pengembangan minat baca siswa di rumah, pojok baca di setiap rumah memiliki manfaat antara lain:
Sampurna menambahkan tujuan dibuatnya pojok baca di rumah agar siswa lebih mudah ketika membaca buku bersama keluarga.
Baca juga: Blended Learning: dari Guru Keliling, Literasi hingga Karakter Siswa