Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengatasi Masalah Jaringan Internet PJJ dengan "One Teacher, One Server"

Kompas.com - 11/11/2020, 16:35 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

 

Laptop pengajar menjadi server dan WiFi router dihubungkan langsung ke laptop. Setelah itu, secara otomatis pembelajaran dapat diakses oleh seluruh siswa dalam ruangan tersebut.

Maka dari itu, pengajar harus bisa membuat media pembelajaran digital interaktif berbasis web atau HTML5 dan memberikan perangkat lunak (software) yang dibutuhkan.

“Memang intinya ada di localhost (program komputer yang aktif). Jadi ada dua software utama yang kami gunakan, yaitu starter dan juga access point,” ucap Rachmad.

Baca juga: Survei: Kualitas Guru Jadi Pendorong Terbesar Prestasi Siswa

Setelah itu, pengajar harus menginstalasi perangkat keras (hardware) dan lunak pada laptop sebagai server sehingga dapat diterapkan di kelas guru masing-masing.

Dengan skema sederhana ini, Rachmad yakin ahli yang menggeluti pada bidang jaringan sudah paham.

“Pasti akan mengatakan, ‘Loh, itu kan sudah barang lama’. Iya Bapak Ibu, ini barang lama, tetapi kalau kita modifikasi dengan sedemikian rupa, ini dapat menjadi sesuatu yang luar biasa,” imbuh Rachmad dalam web seminar bertema Solusi Pembelajaran Era Baru bagi Guru dan Semua.

Peran penting WiFi router

Dari segala perangkat, WiFi router memegang peranan penting sebagai sarana. Pasalnya, kemampuan WiFi router memengaruhi seberapa banyak siswa yang dapat terjangkau untuk menggunakan metode pembelajaran ini.

“Sebenarnya bukan pada spesifikasinya. Jadi memang ini pada kemampuan WiFi router-nya. Kalau mau spesifikasinya bagus, bisa akan menjangkau siswa siswi yang banyak, bahkan sampai 50 (siswa) juga,” tutur Rachmad.

Untuk percobaan, Rachmad dan tim menggunakan WiFi router spesfikasi terendah dengan harga sekitar Rp100.000. Dengan WiFi router tersebut, Rachmad bisa menjangkau 15 siswa dalam satu kelas.

Kendala yang ia temui saat memakai WiFi router dengan spesifikasi rendah adalah bila lebih dari 15 siswa yang mengakses jaringan tersebut, maka kondisi jaringan akan mengalami kemacetan atau hang.

Untuk mengatasinya, pengajar harus memahami berapa kemampuan dari WiFi router agar bisa menyesuaikannya dengan berapa banyak peserta didik.

Baca juga: Sambut Hari Pahlawan, KAI Beri 10 Ribu Tiket Gratis untuk Guru TK-SMA

“Makanya kami menyarankan kepada Bapak Ibu ketika ingin benar-benar menerapkan ini, bisa menggunakan spesifikasi yang benar-benar bagus sehingga 10 sampai 30 siswa dapat mengakses tanpa jaringan internet,” kata Rachmad.

Rachmad menyimpulkan, jika disuatu daerah tidak ada jaringan internet, kemudian aksesnya itu sulit untuk internet, maka bisa menerapkan “One Teacher One Server”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com