Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinergi Gerak Masyarakat Masuk New Normal, dari Akademisi hingga Perempuan

Kompas.com - 24/06/2020, 23:26 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah menyadari dibutuhkan kerja bersama untuk keluar dari krisis wabah pandemi dan masuk dalam era normal baru. Sinergi "pentahelix"; pemerintah, akademisi, media, dunia usaha dan komunitas terus didorong 

Hal ini menjadi poin penting dalam webinar yang digelar Kantor Staf Presiden, tema “Sinergi Gerak Masyarakat Menghadapi Dampak Adaptasi Kebiasaan Baru” pada Selasa, 23 Juni 2020.

"Akademisi memegang peran penting dalam membantu mengkaji data dan fakta di lapangan dalam sebagai bahan pengambilan keputusan," ujar Moeldoko, Kepala Staf Kepresiden saat membuka acara.

Moeldoko juga mengharapkan muncul peran komunitas untuk mendorong perubahan perilaku di level individual melalui penciptaan norma sosial berbasis masyrakat selain media yang mengamplifikasi edukasi dan kesadaran untuk hidup sehat.

Lebih jauh Moeldoko menjelaskan pandemi covid-19 telah memberikan efek domino dalam segala aspek kehidupan masyarakat mulai dari kesehatan, sosial hingga ekonomi dan keuangan.

Baca juga: Aku Baca, Menyalakan Semangat Literasi di Kampung Belajar New Normal Tangerang

Untuk ia menekankan dibutuhkan gerak sinergi masyarakat untuk bersama menghadapi dampak dan beradaptasi masuk dalam kebiasaan normal baru.

Semua orang punya peran

Dalam kesempatan sama, Lilik Kurniawan (Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyampaikan dunia pendidikan dan juga masyarakat memiliki peran penting dalam kolaborasi pentahelix ini.

Lilik memberikan gambaran, hingga 18 Juni 2020, Gugus Tugas mencatat setidaknya sudah ada 15.003 relawan terdaftar melalui Kemendikbud bersama dengan 7.282 relawan medis dan kesehatan serta 23.490 orang relawan non-medis.

Mereka tersebar dalam berbagai gugus tugas percepatan penanganan covid-19 mulai dari perawat, bidan, dapur umum, logistik, administrasi umum, kefarmasian, dokter, epidemologi, mahasiswa kesehatan hingga psikolog dan konseling.

Lebih jauh Lilik menjelaskan, penanganan Gugus Tugas memiliki tugas agar yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat menjadi sehat dan yang sakit menjadi sembuh.

Untuk mencapai itu, Gugus Tugas menjalankan 5S terkait strategi, struktur, sistem, skill dan speed.

"Untuk itu, Gugus Tugas meluncurkan gerakan 'Rakyat Bantu Rakyat', mulai dari Bantu Edukasi, Bantu Pangan, Bantu Pendataan, Bantu Ekonomi, Bantu Medis hingga gerakan Bantu Psikologi," ujar Lilik.

Ia menegaskan, "semua orang memiliki peran, bahkan meski lewat gerakan di rumah saja."

Ibu sebagai agen perubahan

Pembicara lain, Giwo Rubianto, Ketua Umum Kowani mengedepankan isu perempuan yang memiliki peran tidak kalah penting dalam melewati masa pandemi covid-19.

"Selama WFH, perempuan memegang peranan multi tasking. Ia menjadi guru bagi anak-anak yang belajar dari rumah, mendampingi suami yang bekerja dari rumah, dan tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga," jelas Giwo.

Giwo menegaskan, "warga masyarakat termasuk perempuan merupakan sumber daya potensial dan berperan penting sebagai agen perubahan dari keberlanjutan pembangunan selama masa pandemi covid-19."

Ia menekankan ibu memiliki penting sebagai garda terdepan dalam melakukan pencegahan dan penyiapan tatanan pengelolaan Covid-19 di dalam keluarga baik pada masa pandemi maupun dalam memasuki adaptasi kebiasaan baru.

"Meski semua berperan penting untuk membangun kesehatan keluarga, namun faktanya ibu memiliki peran sangat besar dalam menentukan kualitas kesehatan keluarga termasuk dalam memperkokoh pendidikan dan ketahanan mental keluarga," jelasnya.

Baca juga: Kemendikbud Segera Keluarkan Panduan New Normal bagi Guru

Perempuan cerdas

Perempuan sebagai agen perubahanDOK KOWANI Perempuan sebagai agen perubahan

Ia menambahkan, "perempuan adalah sekolah pertama dan utama bagi seorang anak, perempuan harus cerdas, sebagai bekal untuk mendidik anak-anaknya, karena seorang ibu cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas."

Ia memaparkan perempuan harus cerdas meliputi; cerdas kodrati (memahami kodrat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan), cerdas tradisi (mampu memilah dan memilih tradisi yang baik), cerdas sosial (mengtahui tata pergaulan sosial membangun karakter, membangun ekonomi dan pendidikan) serta cerdas profesi (melaksanakan profesi sebaik-baiknya termasuk menjadi ibu rumah tangga).

Ibu, lanjutnya, dalam mengatasi adaptasi kebiasaan baru diimbau menjadi penopang keluarga yang tangguh dan perlu cerdas. Giwo mengatakan, "dengan adanya ketahanan keluarga, berbagai persoalan dan tantangan dapat dihadapi. Perempuan cerdas dapat menjadi agen perubahan."

"Karena ibu berperan penting dalam masa depan keluarga bahkan bangsa ini," tutup Giwo.

Dalam acara tersebut, turut hadir menjadi pembicara; Budi Arie Setiadi (Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi), LSandiaga Salahudin Uno (Ketua Umum Relawan Indonesia Bersatu), dan Jalal (aktivis Keberlanjutan Thamrin School of Climate Change and Sustainability).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com