Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Cerita Indonesia: Sapardi Djoko Damono”, Belajar dari TVRI

Kompas.com - 06/06/2020, 23:35 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

“Karya-karya Pak Sapardi yang menurut saya merupakan pencapaian terbaik beliau sebetulnya buku mata pisau, gabungan dua buku puisi mata pisau dan akuarium."

"Di dalam buku inilah kita menemukan puisi-puisi Pak Sapardi yang sudah berbeda coraknya yang sudah naratif,” ucap Joko.

Ia melanjutkan “kalau buku yang “dukamu abadi” itu masih liris lah itu, lalu ada buku “Perahu Kertas” coraknya masih melanjutkan mata pisau dan akuarium” kata Joko.

“Tentu yang paling di kenal publik itu “hujan bulan juni” ini seleksi terhadap puisi-puisi Pak Sapardi yang sudah dimuat didalam buku-buku beliau sebelumnya di tambah puisi-puisi yang belum dibukukan, puisi ini yang paling di hafal banyak orang” Ucap Joko.

“lalu ada puisinya "aku ingin" yang dinyanyikan Ari Reda dan menjadi sangat popular itu, ini baru sebagian kecil buku karena Pak Sapardi kan juga menerbitakan buku-buku sendiri” Kata Joko.

Joko Punirbo mengatakan, “Pak Sapardi adalah penyair yang produktif yang sepanjang hayat itu selalu memikirkan puisi dan selalu bereksporasi mengolah kata sehingga kata-katanya selalu segar”

“Saya kira ini contoh bagi pengarang yang lain bagaimana utuk tetap memelihara semangat kreatif,” Uuarnya.

Novel berbeda

Sapardi mengatakan, “saya kan udah menulis 7 novel, itu setiap novel berbeda, saya tidak mau berbuat sesuatu yang sudah pernah saya kerjakan sebelumnya.”

“Itulah yang membuat saya tersiksa sebenarnya, saya harus menunjukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan,” ucap Sapardi.

Menurut seorang penulis, Gunawan Maryanto, “Pak Sapardi seperti tadi bilang tidak pengen mengulang capaian-capaiannya gitu pengen kemudian menemukan yang baru."

"Aku pikir itu juga satu semangat yang penting dan juga dimiliki oleh banyak penulis yang lain,” ujarnya.

“Misalnya kemudian orang bertanya-tanya sehabis "Hujan Bulan Juni" nanti mau bikin apa sih, terus saja, nunggu-nunggu, setelah "Perahu Kertas" apalagi sih,” ucapnya.

Ia melanjutkan “terus ditunggu gitu dia akan menemukan apalagi, dan cukup lama aku fikir kadang berhasil kadang engga ya Pak Sapardi melampaui ciptaan-ciptaanya sendiri,” ujar Gunawan.

“Tapi terasa banget bagaimana kemudian Pak Sapardi tidak berdiam disana gitu, dia terus-menerus gelisah bahkan secara tema tiba-tiba muncul kumpulan puisi "Arloji" ya yang ngomong soal buruh,” ujar Gunawan.

Ngomongin Marsinah, mulai masuk ke tema-tema sosial politik yang selama sebelum-sebelumnya itu jarang di sentuh dalam puisi Pak Sapardi,” ucap Gunawan.

“Tiba-tiba disana dia punya kegelisahan, di situ ke gregetan dengan itu kemudian masih dengan gaya yang banyak dikenali oleh para pembacanya, Pak Sapardi memasuki tema-tema yang cukup beragam,” kata Gunawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com