Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Kompas.com - 28/04/2024, 08:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena El Nino nantinya berpotensi digantikan oleh La Nina.

Hal itu diketahui dari unggahan akun Instagram resmi BMKG, @infobmkg, pada Jumat (26/4/2024).

Disebutkan bahwa El Nino saat ini sedang berada di fase lemah yang akan berlangsung hingga April 2024, dan terjadi sejak Juni 2023.

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari mengatakan, La Nina adalah anomali iklim yang disebabkan adanya penyimpangan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang mendingin atau di bawah normal.

“Selama El Nino, pola sirkulasi angin dan arus laut mengalami perubahan besar, yang kemudian bisa berbalik ketika El Nino mereda,” ujar Supari saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (27/4/2024).

Pendinginan yang berlebihan di perairan Pasifik selama fase ini, dapat memicu munculnya La Nina sebagai respons alami untuk mengembalikan sistem atmosfer ke kondisi yang lebih seimbang.

Nama La Nina sendiri diketahui diambil dari bahasa Spanyol, yang memiliki arti gadis kecil.

Baca juga: Ramai soal Tak Ada Badai yang Melintasi Garis Khatulistiwa, Ini Kata BMKG

Dampak La Nina di Indonesia

Dikutip dari Instagram BMKG, berbeda dengan El Nino yang menyebabkan berkurangnya curah hujan dan memicu musim kemarau lebih panjang dan kering, La Nina berlaku sebaliknya.

La Nina ini diketahui memiliki dampak yang bersifat global, terutama terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik Barat.

Namun secara umum, fenomena ini memberikan efek pendinginan suhu Bumi secara global, meski dampaknya berbeda-beda di setiap wilayah.

Dengan begitu, fenomena ini menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.

Di wilayah Indonesia pada periode Juni-Agustus, dampak La Nina ini berupa peningkatan curah hujan mencapai 20 persen hingga 40 persen.

Bahkan, beberapa wilayah dapat mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 persen.

Menurut BMKG, La Nina ini telah menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia yang berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh BMKG (@infobmkg)

Baca juga: Benarkah Erupsi Gunung Pengaruhi Hujan, Cuaca, dan Petir? Ini Penjelasan BMKG

Kapan terjadi La Nina?

BMKG memprakirakan, peluang terjadinya La Nina untuk menggantikan El Nino sebesar 60 persen.

Sementara 40 persen lainnya, berpeluang fenomena El Nino menjadi kondisi netral, atau tidak terjadi La Nina.

Diprakirakan, potensi La Nina untuk menggantikan El Nino terjadi pada periode Juni, Juli, dan Agustus 2024.

Meski begitu, terang BMKG, kondisi netral diprediksi akan dapat bertahan setidaknya hingga Juli 2024.

Baca juga: Muncul Kilatan Petir di Puncak Gunung Ruang Saat Meletus, Ini Kata PVMBG

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

Tren
Film Vina dan Fenomena 'Crimetainment'

Film Vina dan Fenomena "Crimetainment"

Tren
5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com