Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Popok Palestina, Orangtua Mulai Gunakan Plastik sebagai Pengganti

Kompas.com - 27/02/2024, 19:45 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pengungsi di Rafah, Palestina, Inas Al-Masry mulai menggunakan popok plastik untuk anaknya.

Tak punya pilihan lain, ia mengaku tidak mampu membeli popok dengan harga yang kini melambung tinggi.

Pedagang umumnya mematok harga 180-190 shekel Palestina atau sekitar Rp 775.600-Rp. 818.700 per paket popok.

Dalam seminggu, ibu dua anak ini hanya mampu membeli satu paket popok untuk kedua anak kembarnya.

“Bahkan dengan penutup (celana dari plastik) yang saya kenakan pada bayi, saya harus menggantinya keesokan harinya. Mereka semua butuh pakaian, tapi pakaian tidak tersedia, selimut tidak tersedia untuk anak-anak, sementara kami tidak punya apa-apa," ungkapnya, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Dikenakan Menlu Retno Marsudi Saat Dukung Palestina di ICJ, Apa Makna Keffiyeh?


Palestina krisis popok

Perang antara Israel Hamas di Gaza telah memicu bencana kemanusiaan yang menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok.

Kurangnya popok telah memperburuk kondisi sanitasi bagi sekitar 1,7 juta pengungsi Palestina.

Bayi, anak-anak, dan orang tua menjadi kelompok yang paling merasakan dampaknya, ketika popok dan susu formula sulit didapat atau harganya melonjak tinggi.

Seorang pengungsi lain bernama Raafat Abu Wardeh mengatakan, ia harus menjual makanan agar dapat membeli popok, dilansir dari AP News.

Bantuan popok yang diberikan tidak menjangkau semua orang. Stok popok yang terbatas ini menyebabkan harganya meroket.

Dengan hancurnya perekonomian Gaza, hanya sedikit warga Palestina yang memiliki pendapatan tetap dan sebagian besar menghabiskan tabungan mereka atau hidup dari bantuan.

Baca juga: Israel Akan Batasi Akses Jemaah ke Masjid Al-Aqsa Selama Ramadhan 2024

Di kios-kios darurat, anak-anak yang lebih besar bekerja sebagai pedagang asongan dan menjual popok satuan.

Mereka menjualnya dengan harga lima shekel Palestina atau setara dengan Rp 21.500 dan satu paket seharga 170 shekel Palestina atau sekitar Rp 775.600.

Sebagai informasi, satu paket popok sebelum perang di Palestina dijual dengan harga 12 shekel Palestina atau sekitar Rp 51.700.

Pengungsi lainnya, Anis al-Zein mengatakan bahwa anak yang menjual popok harus menyetor sebanyak 20 shekel Palestina atau sekitar Rp 86.190 setiap penjualannya.

“Dalam situasi buruk seperti ini, semua harga melambung tinggi dan tidak ada pendapatan bagi masyarakat. Bahkan tidak ada bantuan,” ungkap al-Zein.

Beberapa orang tua menggunakan popok kain, namun popok tersebut perlu dicuci dengan air. Padahal, Palestina saat ini juga mengalami krisis air.

Baca juga: Banyak Negara Cabut Donasi ke UNRWA, Apa Dampaknya bagi Palestina?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com