Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Ulat Bulu yang Disebut Sangat Beracun dan Mematikan, Ini Faktanya

Kompas.com - 22/02/2024, 20:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan foto yang menampilkan ulat bulu yang disebut bisa menyebabkan kematian pada manusia, ramai di media sosial.

Unggahan tersebut dimuat di akun media sosial X (Twitter) @tanyarlfes pada Kamis (22/2/2024).

Dalam unggahan yang beredar, tampak tangkapan layar yang menampilkan pesan terusan dari grup WhatsApp yang mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk menghindari ulat yang ada dalam gambar.

Ulat tersebut memiliki ciri berwarna hijau dengan bulu berukuran cukup besar yang menempel pada daun.

Selain itu, disebutkan pula bahwa ulat tersebut sudah membunuh 16 bocah yang menyentuhnya karena menganggap ulat tersebut sebagai anak burung.

Sebagai efeknya, anak yang memegang ulat tersebut mengalami kejang-kejang dan tak lama kemudian meninggal dunia karena racunnya melebihi racun ular.

"Tanyarl baru dikirim ini sama maymom, di Indonesia udah ada kah hewan ini? Ini emangnya betulan efeknya begitu?" tulis pengunggah.

Hingga Kamis sore, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 118.600 kali dan mendapatkan lebih dari 100 komentar dari warganet.

Lantas, apa jenis ulat tersebut? Dan benarkah mematikan?

Baca juga: Setelah Kutu Busuk, Paris Kini Diserang Wabah Ulat Bulu


Penjelasan dokter hewan

Dokter hewan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Slamet Raharjo mengatakan, ulat yang ada dalam unggahan tersebut adalah jenis ulat asp dari Amerika.

Ulat asp adalah ulat bulu yang dapat menyebabkan alergi bila terkena kulit manusia. 

Ulat jenis ini biasanya ditemukan di berbagai habitat tergantung pada spesies tertentu.

Beberapa ditemukan di hutan, sementara yang lain ditemukan di area terbuka seperti ladang dan kebun.

"Bulunya membawa allergen kuat bersifat racun. Mirip ulat matahari yang kalau kena kulit bulunya menancap langsung dan menimbulkan gatal dan panas," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

Meskipun demikian, efek samping dari ulat bulu tersebut tidak fatal kecuali untuk individu tertentu yang mempunyai riwayat shock allergic atau syok anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang sangat parah.

Lebih lanjut, kata Slamet, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan karena ulat ini tidak ada di Indonesia.

Soal pernyataan yang mengatakan ulat asp menyebabkan kematian, Slamet mengatakan bahwa itu hoaks.

"Hoaks kalau ada yang bilang ulat ini bisa menyebabkan kematian. Saya heran orang-orang pada demen menebar hoaks dan tidak mau mengeceknya lagi, main forward saja," ungkapnya.

Slamet mengatakan, efeknya mungkin hanya akan menimbulkan gatal hebat seperti kalau terkena ulat bulu yang gatal pada umumnya.

Baca juga: 10 Cara Mengusir Ulat Bulu di Tanaman, Apa Saja?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com