Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan PVMBG soal Gunung Semeru Meletus pada Awal Tahun, Bukan Akhir Tahun

Kompas.com - 13/01/2024, 18:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali meletus pada Senin (8/1/2024).

Letusan Gunung Semeru pada awal tahun 2024 ini berbeda dari erupsi sebelumnya yang biasanya terjadi pada akhir tahun, bukan awal tahun.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, Gunung Semeru tercatat meletus pada 1 Desember 2020, 4 Desember 2021, 12 Desember 2022, dan 25 Desember 2023.

Dilansir dari Kompas.com, Senin (8/1/2024), erupsi gunung setinggi 3.676 mdpl ini menyebabkan letusan asap setinggi dua kilometer. Letusan itu terjadi selama 146 detik.

Erupsi tersebut menyebabkan Bandara Abdulrachman Saleh, Malang ditutup sementara waktu pada Jumat (12/1/2024). Erupsi juga membuat beberapa wilayah waspada potensi awan panas, guguran lava, dan lahar.

Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Semeru, Bandara Abdulrachman Saleh Ditutup Sementara

Kenapa Gunung Semeru meletus ketika awal tahun?

Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG Ahmad Basuki menjelaskan, penyebab Gunung Semeru meletus pada awal tahun 2024 dan berbeda dari pola letusan tahun-tahun sebelumnya dipengaruhi dinamika magma dan aktivitas di bawah permukaan gunung. 

"Saat ini kondisinya berbeda," jelas Ahmad kepada Kompas.com, Sabtu (13/1/2024).

Lebih lanjut Ahmad menyampaikan, ada dinamika pada kondisi gunung berapi. Hal ini menyebabkan perubahan pola letusan yang tidak dapat diprediksi. 

"Letusannya jadi tidak dapat diprediksi secara pasti, akan terjadi kapan, dan pukul berapa," kata dia.

Baca juga: Bandara Abdulrachman Saleh Kembali Dibuka, 6 Penerbangan Terdampak Erupsi Gunung Semeru

Bisakah Gunung Semeru meletus secara tiba-tiba?

Lebih lanjut, Ahmad menerangkan, erupsi gunung berapi memang dapat terjadi secara tiba-tiba, terutama pada gunung berapi yang aktif.

Meski begitu, beberapa gunung berapi terkadang memberikan tanda sebelum erupsi terjadi, seperti kenaikan kegempaan dan parameter lainnya.

"Namun, untuk memprediksi kapan waktu tanggal hari dan jam yang pasti terjadinya letusan itu tidak bisa dilakukan," ungkap Ahmad.

Ia menyampaikan, Gunung Semeru memiliki tipe letusan eksplosif atau tipe vulkanian yang ketika meletus disertai aliran lava dan guguran awan panas.

Di sisi lain, Ahmad menilai bahwa letusan Gunung Semeru pada awal tahun bukanlah hal yang tidak biasa karena ada dinamika pada gunung berapi.

Baca juga: Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba Tanpa Didahului Aktivitas Vulkanik, Ini Penjelasan PVMBG

Gunung Semeru masih berstatus siaga

Ahmad mengungkapkan, kondisi Gunung Semeru saat ini masih dalam level III atau siaga.

Gunung Semeru menunjukkan aktivitas vulkanik, seperti gempa letusan dengan rata-rata 75 kali per hari dan gempa guguran.

Ahmad menambahkan, erupsi Gunung Semeru juga menyebabkan keluarnya awan panas dengan jarak luncur 1.000-3.000 meter ke arah tenggara sebanyak empat kali dari awal Desember 2023-Januari 2024.

"Wilayah yang terdampak abu (Gunung Semeru) itu sangat tergantung arah dan kecepatan angin saat terjadi erupsi jadi bisa di mana saja," jelas Ahmad.

"Saat ini abu sebagian besar atau umumnya jatuh di sekitaran kawah Gunung Semeru, wilayah yang terdampak lahar tentunya wilayah-wilayah yang memiliki aliran sungai yang berhulu ke puncak Gunung Semeru," pungkasnya.

Baca juga: Warganet Sebut Gunung Marapi Tiba-tiba Meletus Minggu Sore, Ini Penjelasan PVMBG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com