KOMPAS.com - Serangan Amerika Serikat (AS) dan Inggris ke kelompol militer Houthi di Yaman, Jumat (12/1/2024), mulai berdampak pada jalur pelayaran internasional Laut Merah.
Imbas eskalasi konflik di jalur pelayaran terpenting di dunia itu membuat sejumlah perusahaan pelayaran mengalihkan rute, serta membuat produksi sejumlah barang terhenti, termasuk Tesla dan Volvo di Eropa.
Untuk diketahui, AS-Inggris melancarkan serangan dari udara dan laut melawan Houthi di Yaman setelah Houthi menyerang kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah untuk menuju Israel.
Kelompok Houthi menyebut serangan terhadap rute pelayaran di Laut Merah sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina dan Hamas yang tengah berperang dengan Israel.
Baca juga: Situasi di Laut Merah Memanas, AS-Inggris Saling Serang dengan Houthi Yaman
Dikutip dari Kompas.id, Jumat (12/1/2024), perusahaan pelayaran seperti Maersk Line, HMM, OOCL, CMA CGM, Yang Ming, MSC, Hapag-Lloyd, dan Evergreen menghentikan pelayaran melintasi Laut Merah-Terusan Suez.
Perusahaan-perusahaan tersebut mengubah jalur pelayaran Asia-Eropa melewati Tanjung Harapan atau Cape of Good Hope di Afrika Selatan.
Dengan begitu, waktu tempuh pelayaran molor lebih lama hingga 10 hari, sehingga ongkos dan beban asuransi turut meroket.
Diproyeksikan tambahan bahan bakar untuk pelayaran melalui Tanjung Harapan senilai 910.000 euro atau sekitar Rp 15,504 miliar.
Baca juga: Mengenal Houthi di Yaman, Resmi Jadi Target Serangan AS-Inggris
Dilansir dari Reuters, Sabtu (13/1/2024), produsen mobil Tesla dan Volvo turut terkena imbas konflik di Laut Merah.
Perusahaan otomotif tersebut menghentikan sementara beberapa produksinya di Eropa karena mereka kekurangan komponen untuk memproduksi mobil lantaran terkendala pengiriman.
Pada Kamis (11/1/2024) malam, Tesla menyatakan akan menghentikan produksi mobilnya di Gruenheide, Jerman, mulai 20 Januari 2024 hingga 11 Februari 2024.
“Konflik bersenjata di Laut Merah dan pergeseran rute transportasi antara Eropa dan Asia melalui Tanjung Harapan berdampak pada produksi di Gruenheide,” tulis pernyataan resmi Tesla.
“Waktu transportasi yang jauh lebih lama menciptakan kesenjangan dalam rantai pasokan,” lanjutnya.
Sementara itu, Volvo Car yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Geely China juga berencana menghentikan produksi pabriknya di Ghent, Belgia, selama tiga hari pada minggu depan karena keterlambatan pengiriman gearbox.
Baca juga: Jeffrey Epstein Diduga Peras Politisi untuk Memberikan Informasi kepada Agen Intelijen Israel
Meski begitu, tidak semua produsen kendaraan di Eropa merasakan dampak konflik di Laut Merah antara Houthi di Yaman dengan AS-Inggris.
Produsen mobil Jerman, seperti BMW dan Volkswagen (VW) menyebut, konflik di Laut Merah tidak memengaruhi produksinya. Hal serupa juga diungkapkan oleh produsen mobil asal Prancis, Renault.
Selain itu, pabrik otomotif bernama Stellantis juga mengungkapkan hampir tidak merasakan dampak konflik tersebut pada manufakturnya.
Pasalnya, perusahaan hasil merger Fiat, Chrysler, dan Peugeot itu tak hanya mengandalkan angkutan laut untuk menunjang transportasi bahan baku kendaraan. Mereka juga menggunakan angkutan udara meskipun jumlahnya terbatas.
Baca juga: Lengkap, Ini Rangkuman 2 Hari Sidang Gugatan Pelanggaran Genosida Israel di Mahkamah Internasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.