Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika China

Kompas.com - 23/09/2023, 19:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH Etnomatematika Indonesia, Jepang, Rusia dan sebelum Etnomatematika India, Arab, Mesir, Babilonia, Eropa, Mezzoamerika, mari kita sejenak melirik Etnomatematika China.

Tatkala membahas Etnomatematika China pada hakikatnya kita membahas tentang matematika dalam tradisi bahasa China yang berpengaruh sampai ke matematika Korea, Jepang dan Vietnam.

Buku-buku yang ditulis dalam aksara China sejak abad pertama sebelum Masehi sampai dengan abad XXI setelah Masehi membentuk landasan pengembangan dan perkembangan matematika Asia Timur.

Buku terpenting sepanjang sejarah Etnomatematika China adalah jiuzhang suanshu (Sembilan Bab Seni Matematika) yang meliputi aritmatika, aljabarika, serta algoritma geometrika yang dipresentasikan terkait problematika kehidupan bermasyarakat seperti administrasi sipil, survei lapangan, perpajakan terkait rasio grains, penetapan gaji pegawai negeri sesuai hirarki jabatan, mengukur lahan pertanian, sistem granari, kapasitas pergudangan, sistem irigasi, sistem moneter, akuntansi, dan lain sebagainya.

Kearifan matematika China juga mewariskan apa yang disebut sebagai -magic-square dengan sembilan angka tersusun sedemikian rupa sehingga jumlahnya niscaya senantiasa sama jika saling ditambahkan secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

Piramida Pascal juga telah dikenal di China berabad-abad sebelum Blaise Pascal di Perancis memaklumatkan diagram piramidal angkamologisnya pada abad XVII.

Pasangan ayah-anak Tsu Chung Chih dan Tsu Keng Chih pada abad 5 sebelum Masehi sudah menetapkan nilai pi alias π adalah 3.1415926 dan 3.1415927 sebelum para matematikawan Eropa menyadarinya pada abad ke 17 setelah Masehi.

Pada hakikatnya secara psiko-linguistis aksara China merupakan aksara piktografis sangat kondusif mengekspresikan unsur-unsur angkamologis dengan semula menggunakan garis-garis.

Semisal satu garis melintang berarti satu, dua garis melintang bertumpuk berarti dua serta tiga garis melintang bertumpuk berarti tiga.

Abakus China memiliki daya-hitung setara mandraguna aritmatikal dengan kalkulator kebudayaan Barat.

Dengan penghitungan bertumpu pada sepuluh ribu, aritmatika China juga lebih potensial untuk mengungkap makna angka-angka besar.

Di masa kini perkembangan sains dan teknologi di China dan Taiwan berkembang pesat. Serta merta dengan sendirinya pendidikan matematika di China dan Taiwan juga seiring sejalan berkembang pesat demi mendukung pengembangan sains dan teknologi.

Tidak mengherankan bahwa anak-anak keluarga imigran dari China dan Taiwan ke Amerika Serikat cukup disegani dalam supremasi kedigdayaan matematika.

Sejarah matematika China dipadati nama-nama besar seperti Jing Fang, Liu Xin, Zhang Heng, Zhen Luan, Wang Xiaotong, Li Chunfeng, Cheng Dawai, Zhu Zaiyu, Qian Weichiang, Wang Yuan, sampai para penerima anugerah Medali Fields, semisal, sang Kaisar Matematika, Shing-Tung Yao dan sang prodigi Terence Tao yang tersohor sebagai “Mozart of mathematics”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Raja Charles III Kehilangan Indra Perasa akibat Efek Samping Pengobatan Kanker

Raja Charles III Kehilangan Indra Perasa akibat Efek Samping Pengobatan Kanker

Tren
Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Tren
Ban 'Botak' Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Ban "Botak" Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

Tren
Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Tren
Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Tren
Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Tren
Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

Tren
Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com