RUSIA sempat mendahului Amerika Serikat dalam meluar-angkasakan para kosmonaut. Yuri Gagarin dan Valentina Thereskova jelas merupakan bukti tak terbantahkan bahwa peradaban Rusia memiliki keunggulan tersendiri dalam sains dan teknologi serta merta juga dalam matematika yang pada hakikatnya merupakan bahasa sains dan teknologi.
Secara kronologis sejarah dapat dikatakan bahwa kemajuan matematika Rusia berawal ketika Zar Peter Akbar mengembara keluar Rusia demi belajar matematika, sains dan teknologi dari negara-negara Eropa Barat seperti dikisahkan dalam opera “Zar und Zimmerman” oleh Albert Lortzing.
Pada hakikatnya yang dilakukan Peter di Rusia mirip dengan apa yang dilakukan Tokukagawa di Jepang.
Setelah kembali ke Rusia, Zar Peter Akbar pada 1698 mengundang seorang matematikawan Skotlandia bernama Ferghason ke Rusia untuk mengajar matematika yang kemudian pada 1708 berdirilah sekolah tinggi matematika pertama di Moskow.
Meski dilahirkan di Bern, Swiss, namun sebagian besar kehidupan Leonhard Euler berlangsung di St. Petersburg, di mana sang mahamatetikawan legendaris ini mempersembahkan mahakaryanya di bidang analisa matematik, teori graph, angkamologi, serta terminologi dan notasi fungsi mathematik seperti angka Euler, lingkaran Euler et cetera.
Sementara Nikolai Ivanovich Lobachevsky tersohor atas karyanya mengenai geometrti hiperbolik serta fundamental studi terhadap integra Dirichlet yang lebih dikenal sebagai formula integral Lobachevsky.
Dua tokoh matematikawati Eropa Utara adalah warga Rusia, yaitu Sofia Kovalevskaya dan Olga Aleksandrovna Ladyzhenskaya sebagai spesialis ekuasi partial differential, dinamika ciran dan metode finite difference untuk ekuasi Navier-Stokes.
Kemajuan matematika Rusia berlanjut pada masa pasca-Perang Dunia II di mana Uni Sowyet sama halnya dengan Amerika Serikat belajar matematika dari para mahamatematikawan Jerman yang kalah dalam Perang Dunia II akibat dikeroyok oleh Rusia, Inggris dan Amerika Serikat.
Setelah Uni Sowyet bubar, Rusia tetap berlanjut gigih konsekuen dan konsisten mengembangkan matematika sebagai bahasa sains dan teknologi termasuk alutsista dan penjelajahan angkasa luar sehingga de facto pendidikan dan pegembangan matematika di Rusia dianggap sebagai satu yang terbaik di dunia masa kini.
Satu di antara para matematikawan paling spektakular jenius maka eksentrik abad XXI adalah seorang matematikawan Rusia keturunan Yahudi bernama Grigori Yakovlevich Perelman yang tersohor dalam mahakarya penelitian di bidang analisa geometrik, Riemannian geometri dan geometrika topologi.
Sama halnya dengan Sartre sempat menolak anugerah Nobel, maka Perelman juga sempat menolak anugerah medali Fields sebagai penghargaan tertinggi untuk bidang matematika.
Bahkan kemudian terberitakan bahwa Perelman sudah sedemikian mendalam dalam mempelajari semesta matematika sehingga merasa bosan dan kini sengaja meninggalkan kebisingan duniawi semesta matematika demi bertapa-semedi untuk mencari pencerahan tentang makna kehidupan seperti yang telah dilakukan oleh Siddharta Gautama.
Bukan mustahil Perelman terpengaruh maka meneladani rekam jejak kearifan mahasastrawan Rusia, Leo Tolstoi, maka sengaja memilih menempuh jalur spiritual demi mencari makna kearifan kehidupan sejati.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.