Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Air Laut Rasanya Asin? Simak Penjelasan Berikut

Kompas.com - 12/05/2023, 07:45 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Lautan menutupi sekitar 70 persen permukaan dumi dan sekitar 97 persen dari semua air yang ada di dunia bersifat asin.

Tidak heran jika dalam pengertian yang sederhana, laut disebut sebagai kumpulan air asin, dalam jumlah banyak dan luas, yang menggenangi dan membagi daratan atas pulau-pulau.

Baca juga: Bagaimana Proses Terjadinya Hujan? Berikut Penjelasannya


Lantas, mengapa air laut bisa memiliki rasa asin?

Secara sederhana, air di laut terasa asin karena memiliki kandungan garam. Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci dari mana kandungan garam di lautan berasal.

1. Dari aliran tanah

Dilansir Badan Survei Geologi Amerika Serikat USGS, garam di laut umumya disebabkan oleh hujan yang mencuci ion mineral dari daratan menuju laut.

Hujan yang jatuh di tanah mengandung beberapa karbon dioksida terlarut yang berasal dari dari udara sekitarnya. Hal ini menyebabkan air hujan menjadi sedikit asam karena asam karbonat.

Hujan secara fisik mengikis batuan, dan kandungan asamnya secara kimiawi memecah batuan lalu membawa garam dan mineral dalam keadaan terlarut sebagai ion.

Baca juga: Mengenal Segitiga Bermuda, Salah Satu Tempat Paling Misterius di Bumi

Ion dalam aliran dibawa ke sungai dan kemudian ke laut. Banyak ion terlarut digunakan oleh organisme di lautan dan dikeluarkan dari air.

Sisanya tidak digunakan dan dibiarkan dalam jangka waktu lama di mana konsentrasinya meningkat seiring waktu.

Diketahui dua ion utama dalam air laut adalah klorida dan natrium. Keduanya mengisi lebih dari 90 persen dari semua ion terlarut dalam air laut.

Baca juga: Bagaimana Proses Terbentuknya Danau? Berikut Penjelasannya

2. Dari bukaan dasar laut

ilustrasi dasar laut.1840489pavan nd via WIKIMEDIA COMMONS ilustrasi dasar laut.

Sejalan dengan itu, dilansir National Ocean Service NOAA, garam di lautan berasal dari dua sumber, yakni aliran dari tanah dan bukaan di dasar laut.

Sumber pertama telah dibahas dalam penjelasan di atas, selanjutnya adalah sumber garam yang berasal dari bukaan di dasar laut.

Sumber garam lain di lautan adalah cairan hidrotermal, dari cairan hidrotermal, yang berasal dari ventilasi di dasar laut. Air laut merembes ke celah-celah di dasar laut dan dipanaskan oleh magma dari inti bumi.

Baca juga: Bagaimana Proses Terbentuknya Gunung? Simak Penjelasan Berikut

Panas menyebabkan serangkaian reaksi kimia. Air cenderung kehilangan oksigen, magnesium, dan sulfat, kemudian mengambil logam seperti besi, seng, dan tembaga dari bebatuan di sekitarnya.

Air panas dilepaskan melalui ventilasi di dasar laut, membawa logam bersamanya. Beberapa garam laut berasal dari letusan gunung berapi bawah air, yang secara langsung melepaskan mineral ke laut.

Salt dome atau kubah garam juga berkontribusi terhadap rasa asin air laut. Kubah tersebut adalah endapan garam yang sangat besar yang terbentuk dalam rentang waktu geologis.

Itu ditemukan di bawah tanah dan bawah laut di seluruh dunia. Mereka umumnya berada di seluruh landas kontinen di barat laut Teluk Meksiko.

Baca juga: Apa Itu Aurora? Berikut Pengertian dan Proses Terbentuknya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Berapa Banyak Sampah Plastik di Laut?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Tren
Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan 'Junk Food'

Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan "Junk Food"

Tren
Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com