KOMPAS.com - Tantrum adalah salah satu hal yang wajar terjadi saat masa tumbuh kembang anak, khususnya anak yang masih berusia di bawah 5 tahun.
Dalam bahasa sederhana, tantrum bisa dipahami sebagai kondisi di mana seorang anak marah-marah, menangis, mungkin juga berteriak histeris, dan sulit untuk bisa dihentikan
Melansir Parents.com, (2/11/2021), Psikolog Klinis Ray Levy menyebut, tantrum terjadi pada usia dini, yakni 1-4 tahun.
"Anak-anak kecil, yaitu mereka yang berusia antara 1- 4 tahun keterampilan koping (mengatasi suatu masalah) belum berkembang dengan baik. Mereka cenderung marah-marah begitu saja," kata Levy.
Apa itu tantrum? Apa penyebabnya? Bagaimana cara menghadapi anak yang mengalami tantrum?
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Tantrum pada Anak? Ini Saran Ahli
Sebelum mengetahui bagaimana cara mengatasinya, kita harus paham terlebih dahulu apa yang menyebabkan anak mengalami tantrum.
Levy menjelaskan, tantrum disebabkan oleh alasan sederhana, yakni anak tidak mendapat apa yang diinginkannya.
"Pada balita usia 1-2 tahun, tantrum ini biasanya wujud dari keinginan untuk meminta tambahan susu, diganti diapers, atau meminta diambilkan mainan yang jauh dari dirinya, tapi mereka belum punya kemampuan untuk mengkomunikasikannya," ungkap Levy.
Hal itu membuat anak-anak frustasi, terlebih ketika orangtua tidak merespons dan memberikan apa yang diminta.
"Tapi untuk anak usia 3-4 tahun, mereka sebenarnya sudah jauh lebih mandiri, sudah tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya," sebut Lavy.
Lalu, tantrum menjadi jalan bagi balita ini untuk makin menegaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Jika tidak dituruti, maka tantrum akan semakin menjadi.
Mengutip Mayo Clinic, (5/11/2020), pada intinya tantrum terjadi akibat seorang anak merasa frustrasi akan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, menyebabkan anak tidak bisa melakukan sesuatu yang diinginkan.
Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi anak yang sedang tantrum?
Baca juga: Beberapa Tanda Anak Anda Memiliki Kecerdasan di Atas Rata-rata
Berikut 7 di antaranya:
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengabaikannya dan tidak memberi anak perhatian yang justru akan semakin meningkatkan kemarahannya.