Tindakan mengabaikan ini baik dilakukan selama anak tidak berada dalam situasi membahayakan dirinya.
Diamkan anak barang sejenak. Tinggalkan dia. Datangi kembali beberapa waktu kemudian.
Jika anak Anda melakukan sesuatu yang sifatnya agresif, misalnya menendang, memukul, membanting, melempar, dan sebagainya, tangani perilaku itu dengan segera.
Beritahukan dengan cara lembut bahwa menyakiti orang lain adalah tindakan yang tidak baik dan tidak disukai semua orang.
Dalam kondisi ini, orangtua dilarang menggunakan tindakan keras yang menyakitkan, karena tidak akan efektif untuk mengatasi tantrum.
Baca juga: Cara Melindungi Anak dari Omicron, Ini Saran dari Unicef
Anda adalah contoh bagi anak Anda dalam mengatasi amarahnya.
Jika anak mencontoh teriakan Anda saat menghadapi masalah, maka cara yang sama akan diimitasi oleh anak.
Ketika mereka sedang menghadapi Anda, anak akan menyamakan tinggi suaranya demi bisa terlibat dalam komunikasi yang setara.
Terkadang anak hanya perlu melampiaskan amarahnya. Jadi, biarkan saja dia marah, selama tidak melakukan hal yang membahayakan diri mereka.
Cara ini diyakini dapat membantu anak-anak belajar melampiaskan amarah dengan cara yang tidak merusak dan mengendalikan diri tanpa harus adu mulut dengan orangtuanya.
Anak-anak terkadang sulit memahami ucapan orangtuanya yang bertele-tele, apalagi saat terjadi tantrum.
Salah satu cara untuk mengalihkan perhatiannya adalah dengan mengajaknya melakukan sesuatu di luar amarahnya.
Tapi, ajakan itu harus disampaikan dengan kalimat yang lugas. Misalnya, "ayo mewarnai gambar!", "ayo menyiram bunga", dan sebagainya.
Baca juga: Ini 13 Kondisi Anak Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19
Tantrum bisa diakibatkan oleh hal sederhana. Misalnya, seorang anak ingin mengenakan sepatu, tapi ia gagal melakukannya, karena memang kemampuannya belum sempurna.
Jika hal itu yang membuatnya marah, sebagai orangtua, coba lah untuk mengulang momeb tersebut dan membantunya memakai sepatu sehingga ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.