Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Cara Menghadapi Tantrum pada Anak

Kompas.com - 06/01/2022, 17:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tantrum adalah salah satu hal yang wajar terjadi saat masa tumbuh kembang anak, khususnya anak yang masih berusia di bawah 5 tahun.

Dalam bahasa sederhana, tantrum bisa dipahami sebagai kondisi di mana seorang anak marah-marah, menangis, mungkin juga berteriak histeris, dan sulit untuk bisa dihentikan

Melansir Parents.com(2/11/2021), Psikolog Klinis Ray Levy menyebut, tantrum terjadi pada usia dini, yakni 1-4 tahun.

"Anak-anak kecil, yaitu mereka yang berusia antara 1- 4 tahun keterampilan koping (mengatasi suatu masalah) belum berkembang dengan baik. Mereka cenderung marah-marah begitu saja," kata Levy.

Apa itu tantrum? Apa penyebabnya? Bagaimana cara menghadapi anak yang mengalami tantrum?

Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Tantrum pada Anak? Ini Saran Ahli

Penyebab tantrum

Sebelum mengetahui bagaimana cara mengatasinya, kita harus paham terlebih dahulu apa yang menyebabkan anak mengalami tantrum.

Levy menjelaskan, tantrum disebabkan oleh alasan sederhana, yakni anak tidak mendapat apa yang diinginkannya.

"Pada balita usia 1-2 tahun, tantrum ini biasanya wujud dari keinginan untuk meminta tambahan susu, diganti diapers, atau meminta diambilkan mainan yang jauh dari dirinya, tapi mereka belum punya kemampuan untuk mengkomunikasikannya," ungkap Levy.

Hal itu membuat anak-anak frustasi, terlebih ketika orangtua tidak merespons dan memberikan apa yang diminta.

"Tapi untuk anak usia 3-4 tahun, mereka sebenarnya sudah jauh lebih mandiri, sudah tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya," sebut Lavy.

Lalu, tantrum menjadi jalan bagi balita ini untuk makin menegaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Jika tidak dituruti, maka tantrum akan semakin menjadi.

Mengutip Mayo Clinic(5/11/2020), pada intinya tantrum terjadi akibat seorang anak merasa frustrasi akan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, menyebabkan anak tidak bisa melakukan sesuatu yang diinginkan.

Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi anak yang sedang tantrum?

Baca juga: Beberapa Tanda Anak Anda Memiliki Kecerdasan di Atas Rata-rata

Cara menghadapi tantrum pada anak

Berikut 7 di antaranya:

1. Abaikan

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengabaikannya dan tidak memberi anak perhatian yang justru akan semakin meningkatkan kemarahannya.

Tindakan mengabaikan ini baik dilakukan selama anak tidak berada dalam situasi membahayakan dirinya.

Diamkan anak barang sejenak. Tinggalkan dia. Datangi kembali beberapa waktu kemudian.

2. Tangani perilaku agresifnya

Jika anak Anda melakukan sesuatu yang sifatnya agresif, misalnya menendang, memukul, membanting, melempar, dan sebagainya, tangani perilaku itu dengan segera.

Beritahukan dengan cara lembut bahwa menyakiti orang lain adalah tindakan yang tidak baik dan tidak disukai semua orang.

Dalam kondisi ini, orangtua dilarang menggunakan tindakan keras yang menyakitkan, karena tidak akan efektif untuk mengatasi tantrum.

Baca juga: Cara Melindungi Anak dari Omicron, Ini Saran dari Unicef

3. Tahan, jangan teriak

Anda adalah contoh bagi anak Anda dalam mengatasi amarahnya.

Jika anak mencontoh teriakan Anda saat menghadapi masalah, maka cara yang sama akan diimitasi oleh anak.

Ketika mereka sedang menghadapi Anda, anak akan menyamakan tinggi suaranya demi bisa terlibat dalam komunikasi yang setara.

4. Biarkan dia marah

Terkadang anak hanya perlu melampiaskan amarahnya. Jadi, biarkan saja dia marah, selama tidak melakukan hal yang membahayakan diri mereka.

Cara ini diyakini dapat membantu anak-anak belajar melampiaskan amarah dengan cara yang tidak merusak dan mengendalikan diri tanpa harus adu mulut dengan orangtuanya.

5. Beri dia perintah dengan kalimat singkat dan jelas

Anak-anak terkadang sulit memahami ucapan orangtuanya yang bertele-tele, apalagi saat terjadi tantrum.

Salah satu cara untuk mengalihkan perhatiannya adalah dengan mengajaknya melakukan sesuatu di luar amarahnya.

Tapi, ajakan itu harus disampaikan dengan kalimat yang lugas. Misalnya, "ayo mewarnai gambar!", "ayo menyiram bunga", dan sebagainya.

Baca juga: Ini 13 Kondisi Anak Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

6. Bantu anak lakukan yang tidak bisa ia lakukan, sehingga membuatnya marah

Tantrum bisa diakibatkan oleh hal sederhana. Misalnya, seorang anak ingin mengenakan sepatu, tapi ia gagal melakukannya, karena memang kemampuannya belum sempurna.

Jika hal itu yang membuatnya marah, sebagai orangtua, coba lah untuk mengulang momeb tersebut dan membantunya memakai sepatu sehingga ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.

Meskipun dengan bantuan Anda orangtuanya, pastikan anak tetap terlibat dalam proses pengulangan ini.

7. Peluk

Ini mungkin menjadi cara terakhir yang bisa Anda lakukan untuk meredakan tantrum pada anak.

Pelukan dapat meredakan amarah yng tengah meluap dalam diri si buah hati.

Namun, pelukan di sini adalah pelukan yang erat, bukan peluk canda yang banyak menggunakan kata-kata.

Peluk saja anak Anda dengan erat dan diam. Tidak usah sampaikan kata-kata apa pun.

Pelukan yang Anda berikan akan melahirkan rasa aman pada anak dan memberi tahu mereka bahwa Anda tetap menyayanginya sekali pun tidak setuju dengan apa yang dilakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com