Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencegahan dan Penanganan Serangan Panik di Masa Pandemi

Kompas.com - 15/07/2021, 11:00 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Berita duka yang hadir silih berganti di masa pandemi bisa mengusik kesehatan mental semua orang.

Serangan panik atau panic attack, adalah yang paling banyak menghinggapi masyarakat, baik yang terkena Covid-19 maupun yang tak terkena Covid-19.

Panic attack adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. Menurut Danti Wulan Manunggal S.Psi, Associate Psychologist Ibunda.id, pencetus atau trigger lahirnya serangan panik bisa bermacam-macam.

"Mulai dari berita duka yang datang bertubi-tubi, ketakutan karena hasil uji swab positif Covid-19, berita hoax yang terus-terusan ada dan dianggap sebagai kebenaran yang menakutkan, semuanya bisa memperparah kondisi mental banyak orang," ujar Danti Wulan kepada Kompas.com, Rabu (14/07/2021) petang.

Baca juga: Stres di Masa Pandemi, Lakukan Ini untuk Jaga Kesehatan Mental

Efek serangan panik

pulse oximeterREPRO BIDIK LAYAR VIA wexnermedical.osu.edu pulse oximeter
Ketika serangan panik muncul, otak akan memerintahkan sistem saraf untuk membuat respon melawan atau respon menghindar.

"Kemudian tubuh akan menghasilkan zat kimia yaitu adrenalin yang memicu peningkatan detak jantung, frekuensi napas, dan aliran darah ke otot," ujar Danti Wulan.

Kondisi ini adalah kondisi alami yang muncul sebagai tanda bahwa tubuh tengah mempersiapkan diri untuk melawan atau menghindar dari situasi tertekan.

Nah, efek dari serangan panik secara  fisik adalah tubuh akan mengalami perubahan pola napas, gemetar, berkeringat, dilanda rasa takut berlebihan, mual, juga kepala pusing.

Tentu saja hal ini berbahaya bagi pasien dan non pasien Covid-19. Karena kepanikan justru bisa menurunkan imun, menambah atau memperparah gejala, hingga menurunkan saturasi oksigen.  

Baca juga: Mengenal 4 Hormon Kebahagiaan yang Dapat Mendukung Kesehatan Mental

Pencegahan dan penanganan panic attack

Ilustrasi cemas.SHUTTERSTOCK Ilustrasi cemas.
Ketika serangan panik datang, lakukan langkah-langkah berikut ini:

  1. Cari posisi duduk yang nyaman dan aman, kemudian tarik napas panjang melalui hidung, tahan 5 hitungan, hembuskan panjang melalui mulut.
  2. Kemudian bernapaslah perlahan selama beberapa menit. Ini adalah cara terbaik menurunkan level stres, karena tubuh seolah memberi sinyal pada otak untuk mengistirahatkan tubuh.
  3. Setelah agak tenang, bisa mengambil air. Minum sebagian, dan sebagian lagi digunakan untuk membasuh wajah agar pikiran lebih segar.
  4. Jalin komunikasi dengan orang-orang terdekat. Katakan apa yang menjadi ketakutan-ketakutan Anda.
  5. Jika serangan berkelanjutan, maka sudah saatnya Anda untuk menghubungi tenaga profesional.

Baca juga: 5 Bahan Teh Herbal Unik, Beberapa di Antaranya Bisa Meringankan Stres

Berkebun sayur dan buahPixabay/Jf-Gabnor Berkebun sayur dan buah
Agar mental tak terkena serangan panik terus-menerus, Anda bisa melakukan langkah berikut sebagai upaya pencegahan:

  1. Detox dari sosial media untuk menutup celah datangnya berita hoax yang isinya menyebar ketakutan. 
  2. Mute atau keluar dari grup WhatsApp yang sekiranya berisi informasi-informasi yang selalu membuat tertekan.
  3. Melakukan hal-hal yang disukai seperti berkebun, menggambar, memasak, menonton film, menulis dan lain sebagainya.
  4. Makan, minum dan tidur teratur. Usahakan mendapatkan waktu tidur selama 6 hingga 8 jam per hari.
  5. Olahraga rutin di dalam rumah. Olahraga bisa merilekskan saraf dan otot yang tegang.
  6. Bertukar kabar dengan teman dan sahabat, menanyakan kondisi kesehatan atau mengenang kejadian-kejadian menyenangkan di masa lalu. 
  7. Yoga atau meditasi. Kegiatan ini akan membantu Anda melatih pernapasan sehingga bisa mengurangi stres.
  8. Hindari alkohol, minuman berkafein dan juga rokok yang semuanya bisa memicu serangan.

Serangan panik bisa mengenai siapa saja, baik mereka yang sudah terlebih dahulu mengidap anxiety maupun mereka yang tidak pernah mengalami anxiety.

Anxiety adalah gangguan kesehatan mental berupa kecemasan atau ketakutan berlebihan yang biasanya menganggu aktifitas sehari-hari.  

Beberapa faktor yang dicurigai sebagai pemicu serangan panik adalah adanya trauma, stres, emosi negatif, juga konsumsi kafein berlebihan.  

Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Anak Setelah Setahun Belajar dan Beraktivitas di Rumah

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com