KOMPAS.com - BioNTech menargetkan pengiriman vaksin virus corona buatannya dengan Pfizer akan diluncurkan sebelum tahun ini berakhir di Amerika Serikat atau Eropa.
Salah satu pendiri BioNTech, Ugur Sahin, bahkan menargetkan pengiriman vaksin tersebut akan dimulai pada Desember 2020.
"Kami bahkan mungkin mulai mengirimkan vaksin pada bulan Desember, jika semua orang bekerja sama dengan erat," kata Sahin dikutip dari AFP, Kamis (19/11/2020).
Ia mengonfirmasi akan mengajukan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat pada Jumat (20/11/2020).
Sementara, regulator Eropa akan menerima kumpulan data lain dari vaksin Covid-19 tersebut minggu depan.
"Ada kemungkinan kami masih bisa menerima persetujuan dari AS atau Eropa atau kedua wilayah tahun ini," kata Sahin.
Baca juga: Studi Final Vaksin Covid-19 Pfizer Tunjukkan Efektivitas 95 Persen
Vaksin yang dikembangkan BioNTech dan Pfizer telah memimpin dalam pengejaran global. Setelah data uji coba skala besar bulan ini, diklaim vaksin tersebut menunjukkan efektivitas sekitar 95 persen melawan Covid-19.
Hasil itu telah memberikan harapan untuk mengakhiri pandemi virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 56 juta orang dan menyebabkan kematian lebih dari 1,3 juta orang secara global.
AS, Uni Eropa, dan banyak negara lain telah memesan ratusan juta dosis kandidat vaksin teratas yang sedang dikembangkan.
Petugas kesehatan dan orang-orang yang dianggap berisiko tinggi akan menjadi pihak pertama dalam antrean untuk mendapatkan suntikan vaksin.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Moderna dan Pfizer-BioNtech, Mana Lebih Unggul?
Sahin menyebut jika semua pihak melakukan pekerjaan yang sangat baik, maka vaksinasi sebanyak 60 sampai 70 persen populasi dapat dilakukan pada musim gugur 2021.
"Ketika kita telah mencapai itu maka kita bisa memiliki musim dingin yang normal," jelas Sahin.
Di luar AS dan Uni Eropa, lebih dari 30 negara berada pada tahap negosiasi yang berbeda untuk mengamankan vaksin Pfizer.
Dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa negara-negara miskin dapat tertinggal dalam pergolakan tersebut, Sahin mengatakan BioNTech sedang berbicara dengan organisasi seperti WHO dan Bill and Melinda Gates Foundation tentang pendistribusian vaksin ke seluruh dunia dan menemukan cara untuk mengurangi biayanya.
Harga vaksin BioNTech/Pfizer diharapkan sekitar 20 dollar AS atau sekitar Rp 283.000 per dosis, dengan suntikan penguat harus diambil 28 hari setelah yang pertama.
Baca juga: Diklaim Efektivitasnya Tinggi, Vaksin Corona Pfizer dan Moderna Tetap Miliki Efek Samping
Vaksin tersebut menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA), dengan cara menyuntikkan gen protein virus ke dalam tubuh untuk memicu respons kekebalan.
Sahin sangat yakin vaksinnya aman dan tidak menunjukkan efek samping yang serius.
Hal itu didasarkan atas studi lengkap percobaan mereka yang melibatkan sekitar 43.000 sukarelawan.
Pengembang vaksin lain, seperti AstraZeneca/Oxford University dan Johnson & Johnson menggunakan pendekatan tradisional dengan menyuntikkan virus yang dimodifikasi untuk memicu respons imun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.