Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Plasma, Kunci Iran Tekan Angka Kematian akibat Virus Corona

Kompas.com - 19/04/2020, 08:23 WIB
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Iran menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak ke delapan di dunia.

Setidaknya sampai dengan hari ini kasus di Iran telah mencapai 80.868 kasus, dan 5.031 kematian. Sementara, sebanyak 55.987 orang di negara ini berhasil sembuh dari virus corona. 

Adapun jumlah kematian baru akibat virus corona di Iran terus memperlihatkan tren penurunan. Melansir dari Al Monitor salah satu dari beberapa prosedur perawatan yang dicoba di Iran yang dinilai berhasil adalah terapi menggunakan plasma darah.

Baca juga: UPDATE Corona di Jatim: 555 Kasus Positif, 98 Pasien Sembuh, 54 Meninggal

Terapi ini disebut meningkatkan tingkat pemulihan di unit perawatan intensif sebesar 40 persen.

Terapi plasma darah didapatkan dari sumbangan plasma darah oleh mereka yang telah sembuh kepada seseorang yang tengah kritis.

“Kami memulai terapi plasma sekitar 40 hari yang lalu dan hingga saat ini, 300 orang telah menyumbangkan plasma darah mereka, dan hasilnya adalah penurunan 40 persen dalam jumlah kematian akibat virus corona,” kata Dr. Hassan Abolqasemi yang memimpin proyek terapi plasma sebagaimana dikutip dari Tehrantimes, Selasa (14/4/2020).

Baca juga: Takut Corona, Kapal Pembawa Bocah Sakit Ditolak Berlabuh oleh Warga

Efektif terhadap pengobatan SARS, MERS, dan ebola

Menurutnya, terapi plasma telah terbukti efektif dalam pengobatan penyakit lain seperti SARS, MERS, dan ebola meskipun Hasan mengatakan, organisasi internasional belum memberikan sudut pandangnya terkait dengan ini.

“Amerika Serikat mulai mengerjakan terapi plasma tiga minggu setelah kami. Belakangan, Perancis, Jerman, Belanda, dan beberapa negara Eropa lainnya memulai pekerjaan dan meminta kami untuk berbagi pengalaman. ” terang dia.

Sebelumnya, pada 11 April 2020, Nasser Riahi  seorang Ketua Dewan Kamar Dagang Iran mengatakan bahwa pengujian Iran atas penggunaan terapi plasma pada 200 pasien telah selesai.

Baca juga: Cara Atlet Kuba Berlatih selama Pandemi Corona

Ia juga mengatakan, kemungkinan metode tersebut akan digunakan dalam skala besar untuk mengobati mereka yang terinfeksi.

"Mentalitas kami adalah injeksi plasma tidak akan membahayakan pasien dan metode ini selalu digunakan untuk meningkatkan volume darah," ujarnya sebagaimana dikutip dari IFPNews.

Ia menerangkan saat ini pihaknya tengah mengusulkan untuk melakukan penelitian lanjutan terkait apa saja efek terapi dan pasien kondisi mana yang lebih baik mendapatkan terapi apakah saat kondisi buruk, atau baru awal sakit.

Serta terkait efek untuk mengendalikan demam, sesak napas maupun gejala klinis lain.

Baca juga: UPDATE Corona Bali: 131 Kasus Positif, Penularan Transmisi Lokal Bertambah

Telah diuji pada 200 pasien

Ia menceritakan, saat pembuatan proyek ini tiga ahli hematologi  membentuk kelompok bersama puluhan peneliti, dokter umum, dokter klinis terapis, perawat ahli ilmu laboratorium dan perusahaan yang bekerja di bidang plasma.

Para peneliti tersebut kemudian melakukan kontak dengan berbagai organisasi internasional, untuk kemudian menyusun protokol penggunaan terapi plasma

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Listyo Sigit Prabowo Jadi Kapolri Terlama di Era Jokowi

Listyo Sigit Prabowo Jadi Kapolri Terlama di Era Jokowi

Tren
6 Hal yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Air Rebusan Jahe dan Kunyit Setiap Hari

6 Hal yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Air Rebusan Jahe dan Kunyit Setiap Hari

Tren
KAI Gelar Diskon Tiket 20 Persen hingga 20 Mei 2024, Ini Daftar Keretanya

KAI Gelar Diskon Tiket 20 Persen hingga 20 Mei 2024, Ini Daftar Keretanya

Tren
Pedoman Lengkap Acara Hari Kebangkitan Nasional 2024 dan Bacaan Doanya

Pedoman Lengkap Acara Hari Kebangkitan Nasional 2024 dan Bacaan Doanya

Tren
Studi Baru: Gangguan Otak Jadi Lebih Buruk di Perubahan Iklim Ekstrem

Studi Baru: Gangguan Otak Jadi Lebih Buruk di Perubahan Iklim Ekstrem

Tren
Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Tren
Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan 'Junk Food'

Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan "Junk Food"

Tren
Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com