KOMPAS.com - Baitul Maqdis merupakan nama lain dari Yerusalem, yang diketahui sebagai kota suci bagi tiga agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.
Kota ini termasuk salah satu kota tertua di dunia, yang sudah dihuni sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi.
Bagi umat Islam, Baitul Maqdis memiliki kedudukan yang istimewa karena kota ini pernah disinggahi para nabi dan menjadi kiblat pertama umat Muslim.
Tidak hanya penting bagi umat Islam, Baitul Maqdis merupakan kawasan yang dianggap suci oleh umat Kristen dan Yahudi.
Fakta itulah yang membuat Baitul Maqdis kerap diperebutkan sejak berabad-abad lalu.
Dalam sejarah Islam, ada dua tokoh yang dikenal sebagai pembebas Baitul Maqdis, yakni Khalifah Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi.
Mereka membebaskan Baitul Maqdis secara damai, tanpa pertumpahan darah.
Berikut kisah pembebasan Baitul Maqdis oleh Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi.
Baca juga: Sejarah Pembebasan Baitul Maqdis oleh Umar bin Khattab
Khalifah Umar bin Khattab membebaskan Baitul Maqdis dari kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) pada tahun 637.
Pada tahun 636, pasukan Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid melakukan pertempuran ke wilayah Kekaisaran Bizantium dan berhasil menaklukan Kota Damaskus, ibu kota Suriah.
Setelah menaklukan Damaskus, Khalifah Umar bin Khattab melanjutkan perluasan pengaruh Islam ke Baitul Maqdis (Yerusalem).
Perluasan wilayah yang dilakukan oleh khalifah bertujuan untuk membebaskan masyarakat dari penguasa Romawi yang zalim.
Saat itu, ada Patriark Sophronius dan tentara Romawi yang berkuasa di Yerusalem.
Penaklukan Baitul Maqdis dimulai dengan pengepungan Yerusalem oleh Khalid bin Walid bersama pasukannya, yang membuat tentara Romawi tidak bisa berkutik dan memilih melarikan diri ke Mesir.
Baca juga: Kenapa Kiblat Dipindahkan dari Masjid Al-Aqsa ke Masjidil Haram?
Patriark Sophronius, sebagai petinggi umat Kristiani, kemudian melakukan negosiasi dengan Khalid bin Walid, Amru bin Ash, dan Abu Ubaidah.