KOMPAS.com - Pada tahun 657, Khalifah Ali bin Abi Thalib terlibat perang saudara dengan Muawiyah bin Abu Sufyan.
Perang yang terjadi antara kelompok Muawiyah dan kelompok Khalifah Ali bin Abi Thalib terjadi di Shiffin, Suriah.
Merujuk pada lokasinya, nama perang yang terjadi antara kelompok Muawiyah dan kelompok Khalifah Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai Perang Shiffin.
Alasan Ali bin Abi Thalib perang dengan Muawiyah perbedaan hasil ijtihad yang mengakibatkan tarik ulur pembalasan kematian Khalifah Utsman bin Affan.
Perang saudara antara Muawiyah Ra dan Ali bin Abi Thalib Ra berakhir dengan perundingan di Daumatul Jandal, Arab Saudi.
Perundingan antara pihak Ali bin Abi Thalib dengan pihak Muawiyah disebut peristiwa tahkim.
Bagaimana hasil perundingan tahkim bagi kelompok Ali dan Muawiyah?
Baca juga: Perang Shiffin: Penyebab, Kronologi, dan Dampak
Peristiwa perdamaian antara Ali dan Muawiyah pada kejadian Perang Shiffin disebut peristiwa tahkim atau arbitrase, yakni usaha melerai sengketa dengan perantara.
Perang saudara antara Khalifah Ali dan Muawiyah dipicu tragedi pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan oleh pemberontak.
Pemberontakan tersebut disebabkan oleh pemerintahan Khalifah Utsman yang dinilai penuh korupsi dan nepotisme.
Ali bin Abi Thalib menganggap pemberontakan sebagai reaksi wajar dari rakyat yang merasa ditipu oleh pemimpinnya, tetapi di sisi lain juga mengutuk pembunuhan Utsman.
Melihat adanya kekosongan kepemimpinan, Ali bin Abi Thalib, yang sebelumnya bertindak sebagai penengah antara pemberontak dan Utsman, diangkat menjadi khalifah oleh masyarakat Madinah.
Ali bin Abi Thalib juga diketahui sebagai sahabat, keponakan, sekaligus menantu Nabi Muhammad.
Baca juga: Biografi Ali bin Abi Thalib, Anak Asuh Nabi Muhammad
Ketika sebagian sahabat setuju untuk membaiat Ali, Muawiyah bin Abu Sufyan, sepupu Utsman, tidak demikian.
Muawiyah, yang saat itu menjadi Gubernur Syam (Suriah), berargumen bahwa Ali berkewajiban untuk segara menuntut balas (qisash).