Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Kaladi, Dibuat Karena Bandit yang Meresahkan

Kompas.com - 22/12/2023, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Prasasti Kaladi adalah prasasti dari era Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan di kawasan Gunung Penanggungan, Jawa Timur.

Prasasti ini terdiri atas 10 lempengan tembaga, tetapi dua di antaranya hilang.

Bagian yang hilang adalah lempengan nomor 3 dan nomor 5.

Isi Prasasti Kaladi cukup menarik karena menyebutkan tentang kekhawatiran terhadap bandit, dan keberadaan permukiman pedagang asing di Jawa sejak abad ke-9.

Kini, delapan lempengan Prasasti Kaladi disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.

Baca juga: Isi Prasasti Poh Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Apa isi dari Prasasti Kaladi?

Prasasti Kaladi ditulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan aksara Kawi dan bahasa Jawa Jawa Kuno.

Prasasti ini berangka tahun Saka 831 (909 Masehi) atau dari era pemerintahan Dyah Balitung (899-911) di Kerajaan Mataram Kuno.

Isi Prasasti Kaladi menyebutkan penetapan Desa Kaladi, Gayam, dan Pyapya dalam wilayah Bawang, sebagai sima (tanah bebas pajak) atas permintaan Dapunta Suddhara dan Dapunta Dampi kepada Raja Dyah Balitung.

Permintaan itu bermula dari adanya bandit, yang membuat para pedagang dan nelayan merasa ketakutan, baik di siang ataupun malam hari.

Untuk mengatasi masalah tersebut, warga meminta petak-petak hutan yang memisahkan desa agar diubah menjadi sawah, sehingga tidak dimanfaatkan para bandit untuk bersembunyi.

Prasasti Kaladi menyebutkan nama-nama pejabat yang menangani hal ini dan pasek-pasek atau persembahan yang diberikan kepada para pejabat tersebut.

Sebagaimana prasasti penetapan sima lainnya, isi prasasti ini dilengkapi peringatan dan hukuman bagi yang melanggar ketetapan raja.

Baca juga: Prasasti Tlu Ron, Ungkapan Frustrasi Dyah Balitung

Prasasti Kaladi juga menceritakan tentang pedagang asing yang bermukim di Pulau Jawa.

Pada isi prasasti disebutkan tentang sejumlah pedagang asing yang datang ke pelabuhan di Jawa Timur, di antaranya Kling (mungkin mengacu pada Kalingga atau orang India), Arya (dari India), Singhala (dari Sri Lanka), Drawila (mungkin Dravida), Campa, Kmir (Khmer di Kamboja), dan orang-orang dari daratan Asia yang sering datang ke Jawa untuk berdagang.

Dapat disimpulkan, Prasasti Kaladi menujukkan jaringan perdagangan maritim antara pedagang dari Asia Selatan dan Asia Tenggara dengan Pulau Jawa pada abad ke-9 hingga abad ke-10.

Penetapan sima oleh raja di wilayah Bawang menggambarkan dukungan serta perlindungan kerajaan terhadap para pedagang dan pemukim di pesisir seperti nelayan, dari kejahatan yang dilakukan oleh para bandit di sepanjang jalur perdagangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com