KOMPAS.com - Di Kompleks Candi Ratu Boko yang ada di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pernah ditemukan empat prasasti batu berbahasa Sanskerta.
Salah satu prasasti tersebut dinamai Prasasti Ratu Boko IV atau Prasasti Haralingga.
Prasasti Haralingga ditemukan dalam kondisi sangat baik dan semua tulisannya dapat dibaca.
Baca juga: Prasasti Masahar, Peninggalan Mpu Sindok yang Berisi Kutukan
Melansir jogjacagar.jogjaprov.go.id, Prasasti Haralingga ditemukan pada 1941 di sekitar pagar keliling pendopo Ratu Boko.
Prasasti ini terbuat dari batu andesit berukuran panjang 74 cm, lebar 37 cm, dan tebalnya 11 cm.
Prasasti Haralingga pernah dibaca dan diterjemahkan oleh JG de Casparis, kemudian dibaca ulang oleh Rita MS Tjahjono P dan Riboet Ds.
Isi Prasasti Haralingga terdiri dari 13 baris, dalam lima bait.
Baca juga: Prasasti Sitopayan I, Bukti Kemahiran Masyarakat Penutur Dua Bahasa
Berikut ini alih bahasa Prasasti Haralingga sesuai baitnya.
Prasasti Haralingga tidak berangka tahun, tetapi diperkirakan sejaman dengan Prasasti Wukiran (862 M), Prasasti Krttikavalifiga (856 M), dan Prasasti Tryambakalingga (856 M), yang ditemukan di area yang sama.
Dapat dikatakan, Prasasti Haralingga merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-9.
Baca juga: Prasasti Sitopayan II, Bukti Awal Perkembangan Aksara Batak
Prasasti Haralingga bait pertama hingga ketiga berisi puji-pujian kepada dewa.
Pada bait keempat dan kelima disebutkan seorang penguasa bernama Kalasodbhawa yang telah mendirikan lingga.
Nama Kalasodbhawa oleh De Casparis dihubungkan dengan sosok pu Kumbhayoni.
Menurut Boechari, Rakai Walaing pu Kumbhayoni mungkin sekali masih anggota wangsa Syailendra yang menganut agama Siwa, terutama pemuja Agastya.