Prasasti Luitan ditemukan di Cilacap, Jawa Tengah, pada 1976.
Isi prasasti ini terdiri dari 13 baris yang ditulis menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno.
Melansir laman Kemdikbud, berikut ini terjemahan isi Prasasti Luitan dalam Bahasa Indonesia.
Selamat tahun Saka yang telah lalu tahun 823 bulan Caitra tanggal 10 vagian bulan gelap hari Uwas (sadwara) Kaliwon (pancawara) Kamis (saptawara) Sathabisa (naksatra) Indra (yoga), ketika penduduk Desa Luitan wilayah Kapung menghadap
Rakkryan Mapatih Hino mengutarakan tentang masalah tanah miliknya tidak mampu membayar pajak sebab karena sempitnya yang dianggap setiap tampahnya (ukurannya). Diperintah agar diukur (lagi) oleh Rakkryan Mapatih
dan Rakkryan Pagarwsi. Yang diperintah mengukur adalah sang Wahuta Hyang Kudur ditemani Rakkryan i Pagarwsi. Ukuran tampah untuk sawahnya mengecil,
tidak mencupi satu setengah setiap tampahnya dan tidak mampu mempunyai katik enam orang, perkiraan ukuran sawah hanya 1 lamwit 7 tampah dan mempunyai katik empat orang
Setelah selesai diukur rama memberi pisungsung kepada Rakryan Mapatih i Hino pu Daksa Bahubajrapratipaksaksaya, rake Pagarwsi pu Wira, rake Sirikan pu Wariga, rake
Wka pu Kutak, samgat Tiruan pu Siwatra, semua diberi mas 1 suwarna setiap orang. Smgat Wadihati pu Dapit diberi mas 8 masa. Anginangin pu Parigi dan san
Babahan diberi mas 8 masa setiap orang. Sang tuhan Ayan teas dari Mirah-mirah pu Rayung, mangrangkrapi halaran sang Dhanada menerima mas 4 masa setiap orang. Makudur
Sang Tgangrat diberi pisungsung mas 4 masa. Sang Wahuta hyang semuanya diberi mas 4 masa. Samgat mawanua pu Kusala penduduk Desa Katanggaran wilayah Katanggaran
Diberi pisungsung mas 9 suwarna 8 masa. Tuhan ni kanayakan di Desa Kapung sang Mahantara, tuhan ni lampuran sang Karana, tuhan ni? wdua rarai sang Tamuy, tuhan ni manrakat
sang Lage, manunggu sang Dhanaki, semua diberi mas 4 masa setiap orang. Wahuta di Kapung si Kelsa dan si Gupai diberi pisungsung mas 8 masa setiap orang
Tetua desa di Luitan pada waktu itu mendapat prassti adalah si Bahud ayah Kadal, si gupta ayah Posti, winkas si Prabha ayah Buddhyanta, parujar si Tguh ayah
Codhya, wariga si Bes ayah Wahu, rama yang sudah purna tugas si Kambang ayah Radha, si Mitra ayah Rumpun, si Wara ayah Lemeh, si Makara ayah Taraju, si Punjang ayah Saban, yang menulis
Prssti penulis dari Tiruan adalah Sumangka dan Panawungan keduanya diberi pisungsung mas 4 mas.
Mereka memohon kepada Rakryan Mapatih i Hino dan Rakryan i Pagerwesi untuk memerintahkan mengukur kembali sawah-sawah mereka, dengan satuan tampah yang benar.
Permohonan mereka dikabulkan, dan terbukti bahwa tampah yang digunakan dulu hanya 2/3 satuan tampah standar.
Sekutu dan Seteru di Republik Romawi Kunohttps://www.kompas.com/stori/read/2023/10/28/103000679/sekutu-dan-seteru-di-republik-romawi-kunohttps://asset.kompas.com/crops/lhZseAAx3Eh9dBbQFxyxY69V0Hc=/0x43:640x469/195x98/data/photo/2023/10/28/653c75005076f.jpg