KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya meninggalkan cukup banyak candi dan prasasti yang tersebar di beberapa wilayah di Pulau Sumatera.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya memiliki ciri khas, yakni isinya memuat kutukan.
Mengapa prasasti Kerajaan Sriwijaya sebagian besar berisi kutukan?
Baca juga: Sejarah Batu Bedil, Situs Megalitik dan Prasasti Sriwijaya
Melansir Kompas.id, Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwanti menyatakan bahwa 90 persen prasasti pada zaman Kerajaan Sriwijaya berisi kutukan raja.
Retno mengatakan prasasti Sriwijaya berisi kutukan agar masyarakat tunduk pada perintah raja.
Prasasti dari Sriwijaya yang menguraikan tentang kutukan raja terhadap siapa saja yang melanggar aturan di antaranya:
Dari delapan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berisi kutukan tersebut, tujuh di antaranya ditujukan kepada pemberontak.
Hanya satu prasasti yang memuat kutukan untuk birokrat pemerintahan, yakni Prasasti Telaga Batu.
Baca juga: Prasasti Palas Pasemah, Takluknya Lampung Selatan pada Sriwijaya
Sebagian besar prasasti kutukan ditempatkan di daerah ekonomi strategis untuk membuat masyarakat patuh terhadap perintah raja.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Muhammad Ikhsan, menuturkan bahwa pemberian ancaman kepada pengkhianat atau pemberontak menjadi cara jitu menekan gejolak di dalam kerajaan, sehingga Sriwijaya dengan lebih mudah memperluas kerajaannya.
Arkeolog berkebangsaan Belanda, Nicolaas Johannes Krom, juga mengungkapkan pendapatnya.
Menurut NJ Krom, kutukan-kutukan yang ada pada prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah pernyataan kekuasaan Sriwijaya.
Referensi: