KOMPAS.com - Hari Raya Waisak sering pula disebut Trisuci Waisak.
Waisak sendiri merupakan hari suci agama Buddha yang dirayakan setiap waktu terang bulan atau purnama Sidhi.
Konon, nama Waisak berasal dari bahasa Sansekerta, Vesakha, yang merupakan nama bulan dalam kalender India Kuno.
Baca juga: Waisak: Sejarah dan Perayaannya
Tujuan Trisuci Waisak adalah untuk merayakan tiga peristiwa penting, yaitu:
Siddharta Gautama lahir pada 623 M di Taman Lumbini.
Saat itu, Siddharta lahir dalam kondisi bersih tanpa noda, berdiri tegak, dan langsung dapat berjalan.
Oleh para pertapa yang berada di bawah pimpinan Asita Kaladewala, Siddharta diramal akan menjadi seorang Chakravartin (Maharaja Dunia).
Pasalnya, sang peramal melihaat 32 tanda pada tubuh Siddharta Gautama saat bayi, yang merupakan pertanda tentang kehidupan agung di masa depan.
Peramal itu mengatakan kepada ayah Siddharta, yaitu Siddhodana, bahwa kelak anaknya akan menjadi pemimpin yang hebat.
Benar saja, Siddharta Gautama pada akhirnya menjadi Sang Buddha.
Baca juga: Bodh Gaya, Tempat Siddharta Gautama Kali Pertama Menerima Wahyu
Di usia 35 tahun, Siddharta Gautama mendapat Penerangan Agung atau mencapai kesempurnaan dan menjadi Buddha di Bodh Gaya.
Ketika mencapai penerangan agung, tubuh Siddharta Gautama memancarkan enam sinar Buddha dengan warna biru (bhakti), kuning (kebijaksanaan), merah (kasih sayang), putih (suci), jingga (semangat), dan warna campuran.
Setelah mencapai Pencapaian Agung, Buddha Gautama bertualang untuk menyebarkan Dharma (kebenaran) selama 45 tahun lamanya.
Baca juga: Aliran Buddha Mahayana
Siddharta Gautama meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kusinara, India.
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, para pengikutnya diminta untuk sujud kepada Sang Buddha.
Keputusan untuk merayakan Trisuci Waisak sendiri dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia yang pertama di Sri Lanka pada 1950.
Perayaan ini dilaksanakan pertama kali pada bulan Mei.
Referensi: