KOMPAS.com - Masa bercocok tanam disebut sebagai masa revolusi kebudayaan karena terjadi perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan manusia praaksara.
Perubahan besar dan sangat pesat salah satunya terjadi pada bidang kesenian.
Lantas, bagaimana kesenian yang berkembang pada masa bercocok tanam?
Baca juga: Bagaimana Bentuk Sistem Kepercayaan pada Masa Bercocok Tanam?
Kesenian dikenal oleh masyarakat praaksara sejak zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Saat itu, mulai berkembang seni lukis, yang dibuktikan dengan temuan lukisan-lukisan di dinding gua tempat manusia purba tinggal.
Pada masa berikutnya, yakni masa bercocok tanam, kesenian mengalami perkembangan pesat dan tidak lagi terbatas pada seni lukis.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai hidup menetap dan mampu mengolah lahan pertanian.
Oleh karena kehidupannya telah menetap dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk mencari tempat tujuan selanjutnya, manusia memiliki banyak waktu senggang yang kemudian dimanfaatkan untuk menyalurkan dan mengembangkan jiwa seninya.
Pada masa panen padi atau tibanya kelompok pemburu, diduga manusia purba senang melakukan sambutan dengan upacara tarian dan nyanyian.
Sayangnya, kesenian dalam bentuk nyanyian dan tarian memang sulit untuk dibuktikan keberadaannya, berbeda dengan seni rupa.
Baca juga: Revolusi Kebudayaan pada Zaman Neolitikum di Indonesia
Walaupun bukti yang meyakinkan tidak dapat ditemukan, kiranya dapat diduga bahwa pada masa bercocok tanam telah berkembang semacam tarian sakral yang berhubungan erat dengan kehidupan keagamaan.
Tarian yang sudah tercipta diperkirakan menggunakan gerakan tangan dan kaki yang masih sangat sederhana.
Bukti yang berkaitan dengan lagu atau nyanyian juga sulit ditemukan, tetapi masyarakat masa itu telah mengenal bahasa sederhana sebagai alat komunikasi, sehingga tidak mustahil bagi seni suara untuk berkembang.
Selain peralatan dari batu yang telah dihaluskan, salah satu hasil budaya pada masa bercocok tanam adalah gerabah.
Gerabah adalah peralatan rumah tangga seperti tempat menyimpan makanan, memasak, dan menyimpan air, yang terbuat dari tanah liat.
Baca juga: Tradisi Gerabah pada Masa Prasejarah di Indonesia