Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembagian Kerja Antara Laki-laki dan Wanita pada Masa Bercocok Tanam

Kompas.com - 19/07/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com – Pada masa bercocok tanam, kehidupan manusia saat itu sudah jauh lebih berkembang, di mana mereka sudah tidak lagi berpindah-pindah (nomaden), melainkan menetap di sebuah perkampungan.

Mereka akan mendiami sebuah tempat tinggal sederhana secara berkelompok.

Dengan pola hidup menetap ini, maka manusia juga sudah mulai membuat aturan demi menjaga keberlangsungan hidup, salah satunya dengan menerapkan pembagian kerja.

Lalu, bagaimana pembagian kerja antara laki-laki dan wanita pada masa bercocok tanam?

Baca juga: Masa Bercocok Tanam: Ciri-ciri, Kehidupan, dan Peninggalan

Kaum laki-laki

Masa bercocok tanam diketahui berlangsung sekitar 9.000-10.000 tahun yang lalu, di mana manusia sudah menggunakan tanah untuk menumbuhkan makanan dan memanfaatkan hewan liar demi kepentingan hidup mereka.

Biasanya, masyarakat akan memilih tempat huni yang jaraknya dekat dengan sumber air dan alam yang mereka olah.

Setelah memiliki tempat tinggal tetap, dibentuklah sebuah perkampungan kecil. Umumnya, para laki-laki akan bertugas membangun rumah.

Di dalam kampung ini biasanya terdiri dari beberapa keluarga yang saling membantu satu sama lain lewat sistem pembagian kerja.

Laki-laki di zaman bercocok tanam ini memang mendapatkan pekerjaan kasar yang membutuhkan tenaga lebih berat, seperti berburu dan membuka lahan baru.

Baca juga: Masa Bercocok Tanam di Indonesia

Kaum wanita

Berbeda dengan kaum laki-laki, pekerjaan yang dilakukan kaum wanita di era bercocok tanam memang tidak tergolong pekerjaan kasar.

Kaum wanita bertugas untuk merawat serta menghias rumah mereka.

Selain itu, kaum wanita juga bertanggung jawab mengumpulkan buah serta menjaga rumah mereka.

Baik kaum wanita dan pria akan menunjuk siapa ketua suku mereka sekaligus membuat aturan hidup sederhana yang harus dijalani oleh masing-masing keluarga.

Tokoh yang dipilih sebagai ketua suku akan bertugas sebagai komando dari semua kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.

Peristiwa inilah yang dianggap menjadi cikal bakal munculnya strata sosial dalam sebuah komunitas masyarakat kecil.

 

Referensi:

  • Ruskandi, Kanda. Erik Yuda Pratama. dkk. (2021). Transformasi Arah Tujuan Pendidikan di Era Society 5.0. Sumedang: CV Caraka Khatulistiwa.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com