Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teungku Fakinah, Pejuang dan Ulama Wanita dari Aceh

Kompas.com - 14/08/2022, 11:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teungku Fakinah merupakan salah satu pejuang wanita yang berasal dari Aceh.

Ia mulai terjun dalam perjuangan melawan Belanda ketika berusia 17 tahun dengan mendirikan sebuah badan amal di tahun 1873.

Namun, setelah sekian lama, Teungku Fakinah angkat senjata dan bergerilya bersama sahabatnya, Tjoet Nyak Dhien.

Teungku Fakinah bahkan mendirikan pasukan yang terdiri dari 4 batalion, salah satunya terdiri dari kaum perempuan.

Namun, melihat perjuangan yang sangat keras, Panglima Polem meminta Teungku Fakinah berhenti bergerilya dan lebih fokus pada pendidikan.

Saran Panglima Polem tersebut kemudian dilaksanakan oleh Teungku Fakinah. Ia kemudian mendirikan lembaga pendidikan atau Dayah.

Melalui Dayah tersebut, Teungku Fakinah fokus pada pendidikan bagi generasi penerus di Aceh hingga ia meninggal dunia pada tahun 1938.

Baca juga: Mengapa Cut Nyak Dien Melakukan Perlawanan terhadap Belanda?

Riwayat Singkat

Teungku Fakinah lahir di Mukim Lamkrak, Desa Lamdiran, Kampung Lambeunot, Aceh Besar pada tahun 1856.

Sebuah riwayat menjelaskan bahwa Teungku Fakinah adalah anak dari Datuk Muhammad, seorang petinggi Kesultanan Aceh Darussalam.

Datuk Muhammad ini mendirikan pesantren sekaligus perguruan atau sekolah di Lamdiran, Aceh Besar.

Sementara itu, ibu Teungku Fakinah bernama Cut Fathimah. Ia adalah putri dari ulama dan tokoh pendidikan Aceh yang bernama Teungku Muhammad Sa'at atau Teungku Chik Lampucok.

Teungku Chik Lampucok merupakan pendiri Dayah Lampucok, sebuah perguruan agama.

Dari riwayat tersebut diyakini, Teungku Fakinah merupakan keturunan dari seorang ulama besar di Aceh.

Berjuang Melawan Belanda

Ketika berumur 16 tahun, Teungku Fakinah menikah dengan Teungku Ahmad atau Teungku Aneuk Glee pada tahun 1872.

Teungku Ahmad merupakan salah satu pejuang yang membuka perguruan agama di Lamkrak.

Setahun kemudian, Teungku Fakinah menjanda karena suaminya gugur dalam peperangan melawan Belanda pada tahun 1873.

Setelah kematian suaminya, Teungku Fakinah kemudian tergerak untuk berjuang melawan Belanda.

Baca juga: Perang Aceh, Salah Satu dari 10 Perang Terlama di Dunia

Teungku Fakinah mulanya berjuang di belakang layar dengan membentuk suatu badan amal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com