Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Indonesia Emas: Visi atau Ilusi?

Kompas.com - 26/03/2024, 18:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Suherman

"AKU melihat ia malahan makin hari makin bertambah besar dan perkasa, wah, aku melihat ia memancarkan sinar, aku melihat ia menengadahkan tangannya memohon restu kepada Ilahi. Aku melihat dunia Timur laksana berfajar, karena tegaknya kembal Sang Putra Pratiwi ini.  Siapakah gerangan Sang Pratiwiatmadja itu? Ia adalah Bangsa Indonesia” (Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi halaman 237.

Pada tahun 2016 Pricewaterhose Coopers membuat prediksi  bahwa pada tahun 1930 Indonesia akan menjadi lima besar dunia dengan GDP 5.424 miliar Dollar AS,  bahkan akan menjadi peringkat ke empat pada tahun 2050 degan GDP 10.502 miliar Dollar AS dengan variable demografi, tingkat pendidikan, dan modal investasi.

Hari ini kita membuat tagline baru yaitu Indonesia Emas pada tahun 2045. 

Prediksi ini banyak dijadikan rujukan oleh pemerintah dan  para stakeholder, semua merasa optimis dengan perdiksi itu sehingga dijadikan legitimasi untuk ngutang lagi, toh  nanti juga akan terbayar. 

Kita seharusnya paham mengapa sebuah lembaga konsultan internasional memuji-muji Indonesia, pasti ada kepentingan,  tidak ada makan siang gratis. Nalarnya, jika prediksi-prediksi itu  benar mengapa tidak dipakai sendiri untuk berbisnis bukannya disebarkan kepada publik. 

Indonesia menjadi negara besar tentu saja menjadi impian kita semua, bahkan telah menjadi obsesi sejak Indonesia meredeka.

Sering kita medengar dari pidato-pidato Bung Karno tentang mimpi itu seperti kutipan di atas,  yang dilanjutkan oleh rezim-rezim berikutnya dengan berbagai macam tagline seperti  Macan Asia, Tinggal Landas,  dan lain-lain.

Walapun prediksi-prediksi itu sampai hari ini tidak ada yang terwujud satu pun, tapi kita tidak pernah kapok dengan harapan-harapan seperti  itu, bagaikan mengharapkan datangnya Ratu Adil atau mesias yang akan menolong rakyat dari kesengsaraan dan penderitaan.  

Pada tahun tahun 1960 Indonesia dan Brazil diprediksi  bakal menjadi raksasa dan sudah terbukti meleset.  Yang tidak terduga pada waktu itu adalah dua negara ini tercatat tingkat korupsi terlalu tinggi serta kualitas birokrasi yang sangat rendah. 

Visi mempunyai landasan rasional yang terbangun dari hasil pengalaman dan studi yang mendalam, sehingga realistis, terstruktur,  terukur, dan tervisualisasi dengan jelas seperti maket bangunan bagi seorang arsitek.

Sedangkan ilusi tidak memiliki basis rasionalitas, karenanya tidak terukur, ilusi lahir dari sikap melankolik atau pelarian dari dunia nyata, eskapisme dari dunia nyata dan menghibur diri dari kegagalan.

Visi bersifat realistis, sedangkan ilusi tidak terbangun dari realitas. Visi adalah cara membangun sebuah realitas, ilusi adalah cara memanipulasi realitas.

Indikator yang paling mudah untuk melihat kemajuan atau kekuatan perekonomian sebuah bangsa  adalah dengan melihat  sejarah perjalanan nilai mata uangnya, apakah nilai tukar rupiah terhadap dollar terus menguat atau terus melorot.  

Dari tahun 1976 nilai rupiah terus melorot dari tahun ke tahun, dari rezim ke rezim sampai hari ini, dan kita semua ikut merasakannya. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com