Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Alaska Berubah Warna Menjadi Oranye, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 27/12/2023, 17:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

 

KOMPAS.com - Sungai Alaska yang tampak berkarat masih menjadi teka-teki bagi para ilmuwan di US Geological Survey (USGS).

Mineral yang mengandung besi tampaknya menjadi penyebabnya, namun alasan di balik meningkatnya mineral tersebut di Sungai Alaska masih belum jelas.

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mendokumentasikan berapa banyak sungai di Kawasan Arktik Alaska yang warnanya semakin oranye.

Salah satu jalur sungai yang terkena dampak adalah Sungai Kobuk, yang mengalir melalui barat laut Alaska sejauh sekitar 451 km.

Untuk memahami fenomena ini, USGS bermitra dengan National Park Service, Universitas California-Davis, Universitas Alaska-Anchorage, dan Universitas Alaska Pacific untuk menyelidikinya.

Baca juga: Mengapa Sungai Nil Penting bagi Peradaban Mesir Kuno?

Tim ilmuwan memulai dengan memetakan luas saluran air berwarna oranye, mempelajari dampaknya terhadap ekosistem yang lebih luas, dan menemukan penyebab perubahan warnanya.

Hasil oenelitian mereka mengungkapkan, aliran sungai berwarna oranye memiliki konsentrasi zat besi yang lebih tinggi, oksigen terlarut yang lebih sedikit, dan air yang lebih asam dibandingkan aliran air jernih di dekatnya.

Menurut Scientific American, pH beberapa sungai kecil hanya mencapai 3,5, yang bahkan lebih asam daripada jus jeruk.

Lantas, apa penyebabnya? Salah satu teori yang dikemukakan adalah bahwa kenaikan suhu di wilayah tersebut menyebabkan lapisan es mencair, melepaskan zat besi yang sebelumnya terkurung di tanah beku.

Pasalnya, Arktik telah memanas hampir empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia dan wilayah utara Alaska pun tidak terkecuali.

Baca juga: Mengapa Tidak Ada Jembatan di Sungai Amazon?

Teori lain adalah bahwa bakteri dan proses geokimia yang kompleks mungkin menjadi penyebabnya. Mencairnya lapisan es memungkinkan bakteri mulai mengurangi besi teroksidasi di dalam tanah.

Setelah air tanah membawanya ke aliran oksigen, air tersebut teroksidasi lagi dan berubah warna menjadi oranye cerah.

Sungai yang berkarat mungkin terlihat aneh, namun tidak jarang besi menimbulkan dampak seperti ini pada sistem air di bumi. Awal tahun ini, para astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) melihat bagaimana Delta Sungai Betsiboka di Madagaskar berubah warna menjadi merah karena sedimen kaya zat besi di perairannya.

Di belahan bumi yang berlawanan dengan Kutub Utara, terdapat sebuah situs yang dikenal sebagai Air Terjun Darah Antartika Timur, yang terlihat seperti darah mengalir.

Baca juga: Seperti Apa Sungai dengan Air Paling Hitam di Dunia?

Pemandangan berdarah ini pertama kali dilihat pada tahun 1911 dalam salah satu ekspedisi awal Antartika. Saat itu, para penjelajah mengira warna cerah tersebut disebabkan oleh alga merah.

Namun, sebuah penelitian pada tahun 2023 menemukan bahwa menganalisis sampel air Blood Falls dan menemukan banyak nanosfer kaya zat besi yang berubah menjadi merah ketika teroksidasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com