Oleh: Hanies Ambarsari dan Khomsatun Ba’diyah
SIAPA yang tidak tahu mengenai polusi udara? Seluruh mahluk hidup sekarang ini tak mampu menghindar dari dampak yang disebabkan oleh polusi udara yang sedang terjadi sekarang, bahkan sejak dahulu kala.
Berdasarkan data Global Burden Diseases 2019, Diseases and Injuries Collaborators terdapat 5 penyakit pernafasan yang dapat menyebabkan kematian tertinggi di dunia, yaitu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.
Baca juga: Atasi Polusi Udara dengan Fitoremediasi yang Ramah Lingkungan
Data tersebut menunjukkan adanya 209 kejadian dari penyakit PPOK dengan 3,2 juta kematian, Pneumonia 6.300 kejadian dengan 2,6 juta kematian, kanker paru 29 kejadian dengan 1,8 juta kematian, tuberkulosis 109 kejadian dengan 1,2 juta kematian, dan asma 477 kejadian dengan 455 ribu kematian.
Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi yang dibutuhkan dalam mengurangi bahkan menghilangkan polusi udara yang ada. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah fitoremediasi.
Fitoremediasi merupakan penggunaan dan pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi, menstabilkan, menghilangkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik senyawa organik maupun anorganik yang berpotensi sebagai pencemar.
Sehingga tujuan dari penggunaan fitoremediasi ini adalah pemanfaatan tanaman yang digunakan sebagai bioremedian dalam mengurangi tingkat pencemaran udara.
Itu karena tanaman fitoremediator itu dapat menyerap berbagai polutan seperti CO, NO, NO2, SO3, HF, dan O3 menurut Nurfaida dan Yanti pada tahun 2011.
Namun, tidak semua jenis tanaman dapat menyerap polutan secara efisien, karena perbedaan tingkat toleransinya. Indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara dapat dinyatakan dalam suatu angka indeks yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index).
APTI sendiri merupakan suatu nilai yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara.
Baca juga: Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma
Dari hasil riset Qanita dkk. pada tahun 2016 diketahui bahwa tanaman yang mempunyai nilai APTI tinggi menunjukkan bahwa tanaman tersebut toleran terhadap polusi udara.
Sementara sebaliknya apabila tanaman dengan nilai APTI rendah menandakan bahwa tanaman tersebut kurang toleran atau sensitif terhadap pencemaran udara.
Husnabilah pada tahun 2016 menyatakan bahwa pada proses remediasi tumbuhan berfungsi sebagai:
1. Solar Driven-pump-and-treat-system (Sistem pompa dan pengolah digerakkan matahari)
Dalam sistem ini bagian akar pada tumbuhan akan menarik zat cair dan larutan pada saat proses transpirasi dengan bantuan sinar matahari. Sehingga, mikroorganisme akan mudah mengambil sumber nutrisi dalam polutan yang menempel di akar.