Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Bunga Tasbih Si Pembersih Polusi Udara Melalui Proses Fitoremediasi

Kompas.com - 13/11/2023, 22:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Hanies Ambarsari dan Khomsatun Ba’diyah

SIAPA yang tidak tahu mengenai polusi udara? Seluruh mahluk hidup sekarang ini tak mampu menghindar dari dampak yang disebabkan oleh polusi udara yang sedang terjadi sekarang, bahkan sejak dahulu kala.

Berdasarkan data Global Burden Diseases 2019, Diseases and Injuries Collaborators terdapat 5 penyakit pernafasan yang dapat menyebabkan kematian tertinggi di dunia, yaitu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.

Baca juga: Atasi Polusi Udara dengan Fitoremediasi yang Ramah Lingkungan

Data tersebut menunjukkan adanya 209 kejadian dari penyakit PPOK dengan 3,2 juta kematian, Pneumonia 6.300 kejadian dengan 2,6 juta kematian, kanker paru 29 kejadian dengan 1,8 juta kematian, tuberkulosis 109 kejadian dengan 1,2 juta kematian, dan asma 477 kejadian dengan 455 ribu kematian.

Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi yang dibutuhkan dalam mengurangi bahkan menghilangkan polusi udara yang ada. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah fitoremediasi.

Fitoremediasi merupakan penggunaan dan pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi, menstabilkan, menghilangkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik senyawa organik maupun anorganik yang berpotensi sebagai pencemar.

Sehingga tujuan dari penggunaan fitoremediasi ini adalah pemanfaatan tanaman yang digunakan sebagai bioremedian dalam mengurangi tingkat pencemaran udara.

Itu karena tanaman fitoremediator itu dapat menyerap berbagai polutan seperti CO, NO, NO2, SO3, HF, dan O3 menurut Nurfaida dan Yanti pada tahun 2011.

Namun, tidak semua jenis tanaman dapat menyerap polutan secara efisien, karena perbedaan tingkat toleransinya. Indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara dapat dinyatakan dalam suatu angka indeks yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index).

APTI sendiri merupakan suatu nilai yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara.

Baca juga: Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Dari hasil riset Qanita dkk. pada tahun 2016 diketahui bahwa tanaman yang mempunyai nilai APTI tinggi menunjukkan bahwa tanaman tersebut toleran terhadap polusi udara.

Sementara sebaliknya apabila tanaman dengan nilai APTI rendah menandakan bahwa tanaman tersebut kurang toleran atau sensitif terhadap pencemaran udara.

Husnabilah pada tahun 2016 menyatakan bahwa pada proses remediasi tumbuhan berfungsi sebagai:

1. Solar Driven-pump-and-treat-system (Sistem pompa dan pengolah digerakkan matahari)

Dalam sistem ini bagian akar pada tumbuhan akan menarik zat cair dan larutan pada saat proses transpirasi dengan bantuan sinar matahari. Sehingga, mikroorganisme akan mudah mengambil sumber nutrisi dalam polutan yang menempel di akar.

2. Penghasil Sumber Karbon dan Energi

Sebelum menggunakan polutan sebagai sumber nutrisi, mikroorganisme dapat menggunakan hasil metabolisme oleh akar tumbuhan sebagai sumber karbon dan energi.

Hal ini mengatasi resiko berbahaya akibat mikroorganisme yang kekurangan nutrisi akibat polutan yang belum terlarut dengan baik.

3. Transfer Oksigen dan Menurunkan Permukaan Air (Water Table)

Akar tumbuhan berfungsi sebagai penyalur oksigen bagi mikroorganisme. Selain itu, permukaan air (water table) juga dapat diturunkan oleh akar sehingga difusi gas dapat terjadi

Baca juga: Manfaat Herbal untuk Mencegah Dampak Buruk Polusi Udara

Tanaman lanskap adalah kelompok tanaman yang mempunyai banyak fungsi, di antaranya untuk keindahan, sebagai tanaman peneduh jalan, tanaman pagar dan tanaman penyerap polusi.

Morfologis tanaman lanskap seperti bentuk, tekstur, warna daun dan bunga serta aroma merupakan kriteria estetika sehingga tanaman perdu, semak dan penutup tanah ini banyak digunakan sebagai elemen lunak lanskap.

Jenis tanaman lanskap dibedakan menjadi empat jenis yaitu tanaman jenis pohon, tanaman jenis perdu, tanaman jenis semak dan tanaman jenis penutup tanah.

Bagian tajuk dari tanaman terutama daunnya berfungsi sebagai penyerap polutan. Proses pengurangan polutan ini dilakukan dengan dua cara yaitu diserap atau dijerap untuk masuk ke struktur daun melalui stomata yang ada pada bagian daun.

Salsabila dkk. pada tahun 2020 menyatakan bahwa distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu semakin banyak porinya maka akan lebih cepat menguap.

Namun jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang di dekatnya.

Salah satu tanaman lanskap dari jenis perdu adalah tanaman bunga Canna indica L. atau yang lebih dikenal dengan nama lokal Bunga Tasbih atau Ganyong oleh beberapa masyarakat daerah dan merupakan salah satu jenis tanaman hias yang potensial untuk menyerap polutan.

Tanaman ini memiliki warna bunga yang sangat beragam mulai dari merah tua, merah muda kuning, sampai dengan kombinasi dari warna-warna tersebut.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Cara Baru Kendalikan Polusi Udara dari Sektor Industri

Karena keindahannya, maka tanaman Bunga Tasbih atau C. indica L. mulai dipergunakan sebagai ornamen taman kota, karena dapat dengan mudah tumbuh di sekitar pekarangan dan sebagai tanaman hias dalam pot.

Tanaman hias ini juga termasuk jenis tanaman yang tidak sulit dalam perawatannya, selain relatif dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dan tahan terhadap berbagai jenis cuaca, tanaman ini juga tidak membutuhkan perlakuan khusus, memiliki rimpang tebal menyerupai ubi, dan sangat suka terhadap sinar matahari.

Menurut Sesaerilla dkk pada tahun 2021, tanaman C. indica L. ini juga berperan penting dalam konservasi tanah.

Daunnya yang besar dan cepat tumbuh membantu melindungi tanah dari hujan, dan merupakan bahan yang baik untuk pupuk hijau karena kandungan unsur hara makro yang tinggi, serta dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Potensi tanaman Canna sebagai penyerap limbah karena tanaman ini memiliki akar serabut, batang mengandung air yang mampu menyerap limbah secara alami.

Dari hasil penelitian Ediviani dkk. pada tahun 2018 diketahui bahwa tanaman Canna atau bunga tasbih ini juga digunakan sebagai tanaman fitoremediasi untuk menghilangkan beberapa logam berat seperti Pb (timbal), Zn (seng), dan Cr (kromium), serta melalui proses fitostabilisasi untuk menghilangkan Ni (timah) dan Cd (kadmium).

Baca juga: Apa Itu PM2,5 yang Selalu Dikaitkan dengan Polusi Udara?

Hanies Ambarsari
Ketua Kelompok Riset Remediasi Pencemaran, Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, ORHL-BRIN, Peneliti Ahli Madya Bioremediasi, Doktor Biosains dan Bioteknologi

Khomsatun Ba’diyah
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Lampung, Mahasiswa MBKM S1-BRIN 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com