Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/10/2023, 19:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suku Maya Kuno terkenal dengan keahlian astronomi mereka. Salah satu contohnya, mereka mampu memprediksi peristiwa langit seperti gerhana.

“Suku Maya, pengamat hebat, memiliki pengetahuan mendalam tentang mekanika langit dan kepastian yang tinggi dalam memprediksi gerhana," tulis Ismael Arturo Montero García dari Universitas Tepeyac dalam postingan terbaru di Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH).

Hanya saja tidak seperti astronom modern, para ahli Maya ini tidak memiliki teleskop atau alat yang membantu mereka dalam perhitungan, termasuk merekam peristiwa langit apa pun.

Jadi bagaimana bangsa Maya memprediksi gerhana?

Baca juga: Suku Maya Gunakan Abu Kremasi Manusia untuk Bikin Bola Karet, Studi Jelaskan

Cara suku Maya memprediksi gerhana

Montero Garcia seperti dikutip dari IFL Science, Sabtu (14/10/2023) memperkirakan suku Maya mampu memprediksi sekitar 55 persen gerhana dengan akurat.

Angka tersebut masih cukup mengesankan mengingat kurangnya teknologi modern yang mereka miliki pada waktu itu.

"Kenapa mereka bisa memprediksinya karena tidak mungkin terjadi gerhana Matahari kecuali pada saat Bulan Baru dan tidak dapat terjadi gerhana bulan kecuali pada saat bulan purnama," jelas Montero Garcia.

Atas dasar itu, prediksi pada tingkat tertentu dapat dibuat dengan mempertimbangkan perbedaan yang memerlukan penyesuaian seperti yang ditunjukkan dalam Kodeks Dresden.

Kodeks Dresden merupakan manuskrip suku Maya kuno yang berasal dari abad ke-11 atau ke-12 berisi serangkaian tabel astronomi yang digunakan untuk melacak pergerakan benda-benda langit.

Salah satu tanda gerhana dapat ditemukan di manuskrip suku Maya tersebut di halaman 54 Kodeks Dresden, dan terdiri dari pita langit, Matahari, dua tulang paha, dan bidang hitam putih yang menyerupai sayap kupu-kupu.

Baca juga: Suku Maya Pakai Kalender sejak 2.200 Tahun Lalu, Bukti Awalnya Ditemukan di Guatemala

 

Dalam bahasa Maya, peristiwa seperti itu disebut sebagai Pa'al K'in, yang berarti “Matahari yang pecah”, sedangkan suku Aztec yang berbahasa Nahua menggunakan istilah Tonatiuh qualo, atau “Matahari dimakan”.

Sementara saat ini, kita mengetahui bahwa Matahari tidak 'dimakan' selama gerhana matahari, namun hanya tertutup saat Bulan Baru melintasi bidang orbit Bumi.

Ini biasanya terjadi setiap 177 hari, suatu periode yang dikenal sebagai musim gerhana.

Di dalam Kodeks Dresden, manuskrip suku Maya, sendiri terdapat tabel dan alamanak yang dibagi menjadi interval 177 dan 148 hari, yang berhubungan dengan gerhana matahari dan bulan.

Keakuratan pembacaan ini menjelaskan kemahiran astronomi suku Maya yang memahami sifat siklus peristiwa tertentu dengan detail yang mencengangkan.

Baca juga: Piramid Suku Maya Sebagian Dibangun dari Abu Vulkanik Letusan Gunung Berapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com