Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Pariwisata di Era Antroposen

Kompas.com - 25/06/2023, 06:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Tatang Rusata

KITA bukan mewarisi Bumi ini dari nenek moyang, melainkan meminjamnya dari anak-cucu. Inilah kalimat yang kerap dikaitkan dengan Chief Seattle (1786-1866) sosok pemimpin suku asli Amerika saat terjadi ekspansi bangsa Eropa ke pemukiman mereka.

Baca juga: Pencairan Salju di Antartika Meningkat karena Polusi Aktivitas Pariwisata

Kalimat yang menjadi simbol kepekaan lingkungan sekaligus kekhawatiran akan kerusakan yang diakibatkan oleh keserakahan (greedy) manusia yang cenderung mengambil dari alam tanpa memperhatikan konsekuensi jangka panjang.

Banyak referensi yang menjelaskan kerusakan di Bumi penyebabnya aktivitas manusia. Elizabeth Kolbert (2014) dalam buku "The Sixth Extinction: An Unnatural History" menimpakan kerusakan lingkungan dan krisis kepunahan karena ulah manusia.

Jared Diamond (2005) dalam "Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed" menyebut manusia memengaruhi kerusakan lingkungan termasuk keberlangsungan hidup manusia sendiri.

Begitu signifikannya aktivitas manusia berdampak pada kondisi Bumi menunjukkan bahwa keberadaan spesies yang mampu menciptakan budaya ini merupakan kekuatan geologis yang paling menentukan.

Era di mana kekuatan manusia membawa dampak geologis signifikan pada Bumi ini yang oleh Paul J. Crutzen (2002) dianggap sebagai ciri khas yang membedakan denga era sebelumnya.

Ia menyebut saat ini kita berada dalam epoch antroposen; era di mana manusia aktor utama perubahan iklim, penurunan kualitas udara dan air, kontributor kerusakan lingkungan, serta sosok di balik peningkatan laju kepunahan spesies lain.

Usaha manusia membangun infrastruktur yang dibutuhkan dalam mendukung mobilitas merupakan satu saja contoh aktivitas yang menyebabkan rusaknya habitat satwa dan ekosistemnya.

Baca juga: Sutopo: 8 dari 10 Destinasi Prioritas Pariwisata Rawan Gempa

Hal selanjutnya keberadaan jaringan transportasi berupa jalan raya, rel kereta api, jalan tol, jembatan, pelabuhan, dan bandara yang menghubungkan berbagai wilayah dan memungkinkan mobilitas manusia bergerak dari satu tempat ke tempat lain mendorong konsumsi bahan bakar fosil penghasil emisi gas rumah kaca.

Mobilitas inti pariwisata

Inti pariwisata adalah aktivitas perjalanan atau kunjungan seseorang ke suatu tempat untuk berekreasi atau liburan.

Untuk itu pariwisata merupakan industri yang sangat bergantung pada jaringan sistem transportasi. Mimi Sheller dan John Urry (2004) dalam buku "Tourism Mobilities: Places to Play, Places in Play" menjelaskan mobilitas adalah faktor utama aktivitas pariwisata.

Mobilitas dalam rangka menikmati pengalaman unik dengan tempat tinggalnya berdampak pada bergeraknya perekonomian di suatu daerah atau negara. Dari pengeluaran wisatawan terbuka peluang menciptakan lapangan kerja, pendapatan daerah, juga investasi.

Tapi mobilitas manusia yang eksponensial dalam rangka berwisata memiliki konsekuensi besar pada lingkungan. Karena adanya peningkatan konstruksi infrastruktur penopang pariwisata potensi keterancaman keanekaragaman hayati, kerusakan habitat dan biodiversitas akan sangat mungkin terjadi.

Pariwisata merupakan indsutri yang menggantungkan pada konsumsi energi terutama untuk transportasi dan akomodasi. Hal ini menunjukkan sektor pariwisata memiliki kontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com