Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Meneropong Perang Antariksa: Film Versus Realita

Kompas.com - 02/01/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Antonia Rahayu Rosaria Wibowo

FILM Star Wars yang bisa diterjemahkan menjadi Perang Bintang adalah sebuah film yang populer pada tahun 1970-an.

Film yang disutradarai oleh George Lucas ini mengisahkan tentang peperangan yang terjadi di sebuah galaksi fiktif yang sangat jauh. Film ini merupakan sebuah karya fiksi atau opera dengan latar tempat di luar angkasa atau antariksa.

Baca juga: Dukungan Teknologi Antariksa pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia

Namun, pada kenyataannya perang antariksa juga terjadi di dunia nyata. Perang antariksa atau yang lebih umum dikenal dengan istilah space race mengacu pada perlombaan teknologi untuk mengeksplorasi antariksa atau luar angkasa yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin.

Berawal dari keinginan mantan dua negara adi daya tersebut, upaya penguasaan teknologi untuk mengeksplorasi antariksa telah merambah negara-negara lain di muka bumi, termasuk negara-negara di benua Asia.

China dan India merupakan dua contoh negara di benua Asia yang terus berlomba menguasai teknologi antariksa.

Tujuan penguasaan teknologi antariksa tersebut adalah untuk menghegemoni kawasan Asia serta dunia.

Hegemoni menurut Antonio Gramsci merupakan penguasaan atau kontrol terhadap suatu ideologi. Oleh karenanya, hegemoni bukanlah semata-mata penguasaan atau pendudukan wilayah secara geografis, melainkan sebuah dominasi atau penguasaan ideologi dari suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Penguasaan ideologi ditunjukkan dengan adanya persetujuan atau konsensus dari kelompok yang lain tersebut.

Terkait dengan penguasaan teknologi antariksa, ide mengenai teknologi dan eksplorasi antariksa yang dapat menunjukkan kekuatan sebuah negara yang semula dimiliki oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet, telah merambah negara-negara lain, termasuk China dan India yang berlokasi di benua Asia.

Baca juga: Memahami Kekuatan Diplomasi Aset Antariksa

Kondisi ini menunjukkan bahwa ide mengenai penguasaan teknologi antariksa yang dimiliki mantan dua negara adi daya tersebut telah menghegemoni negara-negara lain di dunia.

Mengulas China dan India secara lebih spesifik, kedua negara tersebut juga menunjukkan kepentingan yang serupa yaitu berlomba menguasai teknologi antariksa untuk bisa menghegemoni Asia dan dunia.

Kompetisi China dan India untuk menguasai teknologi antariksa dapat dilihat dari pesatnya perkembangan produk berbasis teknologi antariksa di kedua negara tersebut. Di satu sisi, China berusaha menjadi lebih unggul lewat misi membawa manusia ke antariksa atau dikenal dengan human spaceflight mission.

Di sisi lain, India juga berusaha menjadi lebih unggul dengan mengembangkan satelit penginderaan jauh yang canggih. India berusaha mengembangkan sistem satelit dengan ukuran yang lebih kecil, jumlah yang lebih banyak, dan biaya pembuatan yang lebih murah.

Setelah berhasil mengembangkan teknologinya masing-masing, kedua negara tersebut meluaskan pengaruhnya kepada negara-negara lain.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com