Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Memahami Kekuatan Diplomasi Aset Antariksa

Kompas.com - 28/10/2021, 12:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Antonia Rahayu Rosaria Wibowo

Teknologi antariksa merupakan teknologi yang penting untuk menunjang kehidupan manusia sehari-hari.

Beberapa contoh pemanfaatan teknologi antariksa misalnya adalah penggunaan aplikasi untuk menentukan titik lokasi dengan GPS, teknologi komunikasi berbasis internet, dan televisi satelit, serta mesin ATM.

Teknologi-teknologi ini telah sangat membantu kehidupan kita. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa teknologi-teknologi tersebut ditopang oleh teknologi antariksa.

Teknologi antariksa merupakan aset bagi sebuah negara dan bisa digunakan sebagai alat diplomasi yang memunculkan istilah diplomasi antariksa.

Baca juga: Mengenal Partikel Neutrino, Prospek Teknologi Komunikasi Masa Depan

Diplomasi antariksa terdiri dari dua kata, yaitu diplomasi dan antariksa. Menurut S. Brown dalam tulisannya yang berjudul Diplomacy dalam buku berjudul International Encyclopedia of The Social & Behavioral Science, diplomasi adalah sebuah seni untuk mendapatkan kesepakatan di antara negara-negara yang saling membutuhkan kerja sama, untuk mencapai situasi yang memungkinkan masing-masing negara tersebut mencapai kepentingan nasionalnya.

Oleh karena itu, diplomasi antariksa dapat diartikan sebagai seni yang dilakukan oleh sebuah negara untuk mencapai kesepakatan dengan negara-negara lain, demi tercapainya kepentingan nasional negara tersebut menggunakan aset antariksa.

Menurut Stephen N. Whiting, aset antariksa memiliki kekuatan untuk mendapatkan manfaat diplomasi.

Kekuatan diplomasi yang dimiliki oleh aset antariksa, khususnya berkaitan dengan kemampuan aset antariksa untuk mempengaruhi upaya diplomasi.

Stephen N. Whitting menyebutkan tujuh kategori kekuatan diplomasi yang dimiliki oleh aset antariksa.

Ketujuh kekuatan diplomasi tersebut yaitu prestise, kerja sama teknologi, akses ke fasilitas antariksa, preseden legal, informasi objektif, keberadaan, dan ancaman terhadap hukuman.

Pertama, menurut KBBI, prestise berkaitan dengan wibawa karena prestasi atau kemampuan seseorang. Dalam konteks aset antariksa juga berlaku logika yang sama.

Sebuah negara yang mampu mengembangkan aset antariksa, serta memiliki kemampuan di bidang teknologi antariksa akan memiliki wibawa di hadapan negara-negara lain.

Wibawa ini sudah merupakan kekuatan diplomasi tersendiri bagi sebuah negara yang mampu menguasai teknologi antariksa. Salah satu contohnya adalah saat peluncuran Sputnik I oleh Uni Soviet pada tahun 1957.

Pada saat itu, Uni Soviet mendapatkan prestise tersendiri dari keberhasilannya meluncurkan Sputnik I.

Realita ini membuat Amerika Serikat merasa tersaingi dan turut mengembangkan teknologi antariksa juga.

Baca juga: Menangani Limbah Medis Covid-19 dengan Teknologi Plasma Nanobubble

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com